Jakarta, (Metropolis.co.id) – Menyusul kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia saat ini, Kementerian Kesehatan memperbolehkan masyarakat untuk mendapatkan suntikan vaksin booster ketiga atau dosis kelima.
Bakal seefektif apa suntikan booster tambahan ini mencegah warga dari paparan varian EG.5, yang disebut-sebut jadi biang kerok gelombang COVID RI kali ini?
Perhimpunan Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) memaparkan, mengacu pada data dari Kemenkes RI, kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia saat ini didominasi oleh subvarian Omicron XBB1.5, yang juga memicu kenaikan kasus di Eropa dan Amerika Serikat.
“Vaksin apa pun mau mRna yang katanya antibodinya paling tinggi, mau adenovirus yang terkenal dengan AstraZeneca, maupun inactivated yang ada di Indonesia itu ada masanya akan turun 6-8 bulan,” ungkap Ketua Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI, dr Sukamto Koesnoe, dalam konferensi pers, Senin (18/12/2023).
“Kalau kekebalan alami ada yang tiga bulan sudah menurun pasca infeksi. Tiga bulan sudah hilang (antibodinya). Walaupun permah sakit, antibodi ada tetap harus divaksin,” ujarnya lebih lanjut.
dr Sukamto menjelaskan, memang vaksin COVID-19 tak sepenuhnya mencegah risiko infeksi virus Corona. Namun sebagaimana yang telah terlihat dari gelombang COVID sebelumnya, suntikan booster kedua pun efektif menekan kasus risiko infeksi, rawat inap, hingga kematian.
“Vaksin booster itu masih cukup efektif. Barangkali berapa persen (efektivitasnya) tentu saja menunggu perjalanan ke depan. Akan seperti apa nanti, akan ada evidence,” pungkas dr Sukamto.
detik
Komentar