Bencana Agam 1: Diuji Bencana Dasyat, Anak dan Pengungsi Sumbar Masih ingat Prabowo

AGAM, Nasional236 Dilihat

Agam, Metropolis – Pagi nan tenang dan teduh seketika berubah menjadi ramai, saat tawa memecah keheningan, wajah-wajah lugu mewarnai hari seakan menampik rasa cemas dihati.

Pagi itu sekitar 40 anak bergembira, memecah gelak tawa, bermain sesenang hati di sebuah surau yang menjadi pusat titik kumpul pengungsian warga Kayu Pasak, Palembayan, Agam.

“Bapak Presiden Prabowo,” terdengar pekikan suara lantang dari seorang anak.

Saat dihampiri, ternyata sekumpulan anak itu baru saja menjawab pertanyaan, mereka tengah larut bermain (trauma healing) bersama tim relawan Lampung untuk sumatera bangkit.

Ucapan itu terdengar iklas, nadanya menggema, suatu rasa keyakinan bahwa Sumatera Barat tak pernah ingkar soal kedaulatan.

Mereka mengenali pemimpin, mengikuti regulasi negara dan tak pernah menadahkan telapak tangan sebagai masyarakat meskipun bencana melanda.

Ada makna tersirat bahwa sesusah apapun ujian yang mereka lalui, mereka masih memiliki asa karena memiliki pemimpin negara bernama Prabowo Subianto.

“Disini ada 206 anak-anak dan dewasa mengungsi,” ujar bidan desa ira asal puskesmas Koto Alam dipojok suasana.

Ia bercerita berapa getirnya hari-hari pengungsi, menahan kesedihan, harus terlihat sehat ditengah bencana dalam perjuangan melalui hari demi hari.

Disini berbagai latar pengungsi menyatu, mereka tidak memiliki apa-apa, hanya semangat di-dada tentang harapan masa depan yang lebih cerah.

Kondisi Kesehatan

Setiap hari warga berganti memeriksakan kesehatan, mereka menggigil, demam dan gatal.

“Hasil pemeriksaan rata-rata yang dialami pengungsi ini adalah gatal-gatal dan demam, menurut catatan ada 40 orang perharinya, ada juga warga sekitar,” lanjutnya.

Usai diskusi kecil itu penulis menelusuri ruang demi ruang yang menjadi tempat pengungsian tepatnya di SDN 5 kayu Pasak, Palembayan, Agam.

Kamar lokasi pengungsian di SDN 5 Kayu pasak

Hunian darurat

Dari lokal ke lokal sekolah yang ditelusuri, warga hanya beralaskan punggung seadanya untuk tidur, itupun berbekal barang bantuan, layaknya pengungsian pada umumnya.

Mereka harus mengubur mimpi beberapa bulan untuk tidur dikasur empuk, meninggalkan mata pencarian karena lahan mereka rata disapu air, ternak hilang diterjang bebatuan.

Kini untuk sementara mereka hanya bisa bertumpu pada perhatian pemerintah, mendulang harapan agar bantuan terus berdatangan memenuhi kebutuhan hari ini, esok dan akan datang selama di pengungsian.

SDN 5 Kayu Pasak, Palembayan Agam, Sumbar yang digunakan untuk pengungsian warga

Sekolah Tak Berfungsi untuk KBM

Di lokasi, fungsi semula sekolah untuk belajar mengajar terhenti, karena tiada tempat lain yang lebih layak untuk menampung ratusan jiwa manusia yang sedang di uji bencana.

Bahkan selain pengungsian yang ada dan tersedia, warga juga banyak menumpang dirumah kerabat atau family itu dinyatakan dan dibenarkan pihak terkait baik itu BPBD maupun para relawan.

Lokasi Pembangunan Hunian Sementara

Asa Huntara segera Jadi

Keadaan yang tergambar ternyata tidak pula membuat merka patah arang, semangat terus terpatri meski kesulitan menghantui.

“Sekolah ini juga harus kembali berfungsi, tahapan itu sepertinya sedang dilakukan, doa dan harapan kami mengiringi,” ujar salah salah satu pengungsi.

Lokasi terparah kedua Agam tepatnya Malalak

Biaya recovery setara 2 tahun APBD Agam tanpa gaji pegawai

Banjir bandang merubah segalanya, hantaman batu-batu besar dan air deras yang hanya hitungan jam mengirim Agam berjuang untuk dampak yang sangat panjang.

Tak tanggung-tanggung bertaruh harapan menguras APBD untuk 2 tahun kedepan.

“Diperkirakan biaya pemulihan itu sangat luar biasa besar, saking besarnya mungkin menyedot 2 kali APBD Agam sedangkan untuk masa recovery nya bisa mencapai 10 tahun kedepan,” kata asisten 1 (Kesra) Agam, Yunilson.

Pernyataan itu keluar dari pemerintah yang sangat mengetahui kemampuan anggaranya.

“2 tahun APBD itupun tanpa membayar ASN baru dia setara, itu gambaranya, tapi kita yakin dengan adanya pemerintahan provinsi dan daerah semua kekhawatiran itu akan terjawab bila kita bersama-sama,” ungkapnya.

Resiliensi Ketangguhan

Kejadian ini menjadi rumusan penting bagi pemerintahan daerah bagaimana resiliensi ketangguhan berjalan.

Peran semua masyarakat dan instrumen pemerintahan menjadi penting, bagaimana pemda punya suport kuat pasca bencana dan masyarakat itu sendiri membuat ketangguhan baru.

Sesuai urutan penanganan bencana yang sedang berjalan saat ini adalah siklus tanggap darurat lanjut pada transisisi kepemulihan, rehabilitasi dan rekontruksi pasca bencana.

Semua pihak sepakat bahwa Pencarian dan pertolongan (SAR) bencana alam di sumbar akan berakhir di tanggal 22 Desember 2025.

Setelahnya masyarakat akan masuk di fase transisi pindah ke hunian sementata (huntara) yang dapat suplai makanan maksimum 6 bulan dari pemerintah.

Itupun bila dapat dipastikan semua proses berjalan baik, tak ada ‘force majure’

Dari sini kita mengetahui akan pentingnya soal mitigasi bencana, penanganan bencana, dan pasca bencana agar semua instrumen bergerak selaras dan seirama.

Poet

Komentar