Oleh : Adolf Ayatullah Indrajaya
“Tabik pun, nabik tabik. Tabik di kuti rumpok, punyimbang tuha raja seunyinni. Sikandua haga numpang cawa. Cawa puuunn”
Ada peribahasa yang diajarkan tetua-leluhur kita dengan sangat bijak, “Sekali lancung ke ujian, seumur hidup tak bisa dipercaya.” Tell a lie once and all your truths become questionable. Reputasi dan kredibilitas bahkan dianggap sebagai aset mahal yang tak bisa dibeli dengan uang seberapapun.
Dua hari ini masyarakat senegara, dunia nyata pun dunia maya, dihebohkan oleh seorang Ratna Sarumpaet. Seorang aktivis berpuluh tahun yang dikenal sedemikian berani tegak menantang rejim. Berganti rejim dari diktaturial ala Soeharto hingga teranyar Joko Widodo. Perempuan perkasa yang memberi pengaruh besar lewat karya dan kegarangannya berjuang seolah tak berurat takut.
Awalnya beredar foto-foto wajah bengap. Foto-foto itu langsung diperdebatkan oleh polarisasi afiliasi politik yang jadi warna buat anak-anak bangsa karena tahun depan kita akan menggelar hajat suksesi pemimpin demokrasi di republik ini. Kubu satu dengan beringas melahap info itu dengan mengaitkan sepak terjang Ratna. Aktivis dipersekusi, bukan hal baru di peradaban, tapi tak pernah dianggap halal, selalu haram dan keji lagi biadab.
Kubu lain menyikapinya dengan tak kalah nyinyir. Dari respon yang lurus dan analitik hingga yang asumtif bahkan ad-hominem. Intinya, kubu dikotomik itu memang doyan berdebat hingga ke perkara paling remeh sekalipun, misal soal asal-muasal berudu dan kalong kecil, apalagi soal sebegini heboh.
Rata Sarumpaet adalah tokoh nasional. Pendapat dan wajahnya langganan temu-wicara, televisi nasional emnjadikannya sumber komentar untuk perkara-perkara yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Mendengar info ada penganiayaan apalagi terhadap aktivis perempuan yang usianya sudah sedemikian senioren, sejatinya siapapun akan merasa risih, jengah, mual dan mengutuk. Apapun motifnya!
Tapi kemarin siang, Ratna dengan berurai air mata menyebut dalih untuk menenangkan keluarga batihnya sendiri, kemudian sahabat-sahabat karib dan akhirnya tokoh-tokoh nasional sekaliber Prabowo Subianto, Rizal Ramli, Rocky Gerung, Amien Rais yang sejatinya punya marwah sekelas pemimpin negeri mengeluarkan pernyataan keras mengutuk siapapun yang menganiaya bunda itu. Air mata Ratna dan permohonan maafnya menyisakan pedih dan kecewa mendalam. Dia yang ditokohkan ternyata mengaku menipu.
Kredibilitas dan kejujuran itu satu paket tidak terpisah. Mereka yang memegangnya dengan teguh adalah harapan peradaban untuk memperjuangkan aspirasi dan berdiri di garis terdepan. Tapi dia yang berbohong, tentu tak pantas untuk dipercaya. Hari ini senegara kita jadi percaya kalau bangsa ini darurat hoax. Hoax Ratna!
Tabik pun, nabik tabik. Sikandua kilu mahap. Numpang liyu puuuunn.
(@bung_dolop)
Komentar