Menuju 90 Tahun Sumpah Pemuda, Saatnya Mahasiswa Bangkit

OPINI439 Dilihat
Muhammad Fauzul Adzim

Oleh : Muhammad Fauzul Adzim

“Mengambil langkah untuk bangkit dalam kondisi krisis keberpihakan adalah jalan juang yang paling tepat di 90 Tahun sumpah pemuda, kebangkitan ini akan dipelopori oleh mahasiswa yang sadar bahwa indonesia dewasa ini mengalami krisis yang sangat berbahaya, yaitu krisis keberpihakan”

Merefleksi sekitar 90 tahun silam, Pada tanggal 28 Oktober 1928 malam, di Indonesische Clubgebouw yang penuh sesak, ribuan pemuda mendengar pidato penutupan Kongres Pemuda Indonesia ke-dua dan sekaligus mendengar lantunan lagu “Indonesia Raya” dari biola WR. Soepratman.

Walau jauh beberapa tahun yang lampau.Suasana kongres pemuda pada saat itu selalu menjadi narasi dan pemantik bagi perjuangan dan persatuan pemuda di era sekarang. Di kalangan mahasiswa sumpah pemuda adalah keteladanan moral dan keberanian di masa lampau yang senantiasa memantik mahasiswa untuk bersatu diantara perbedaan yang ada.

Sejarah sumpah pemuda, yang mewajahkan bersatunya pemuda dalam sejarahnya, bukan hanya menjadi bahan dalam orasi-orasi dan literasi saja, sejarah sumpah pemuda harus mahasiswa refleksikan dalam sebuah langkah nyata serta lengkah keberpihakan.

Pengejewantahan semangat sumpah pemuda, harus di buktikan dengan semangat juang mahasiswa, yang bukan hanya berhenti dalam seminar-seminar, diskusi-diskusi elitis, atau pun dalam dialog-dialog esklusif saja. Kita sebagai mahasiswa setidaknya mampu menghasilkan sebuah gerakan besar yang menyadarkan bahwa di 90 tahun sumpah pemuda krisis keberpihakan di negara ini harus segela di usaikan.

Krisis keberpihakan di negara ini harus segera di usaikan

Di 90 Tahun sumpah pemuda, mahasiswa harus merapatkan barisan sebagai wujud semangat sumpah pemuda. Melihat krisis keberpihakan negara ini terhadap rakyatnya. Terbukti dari kemampuan eksekutif negara ini dalam menetapkan kebijakan-kebijakan yang ada.

Tak terlihat ada itikad keberpihakan pada rakyat kecil. Di tengah krisis ekonomi negara Indonesia, di dalam pusaran bencana-bencana nasional yang silih berganti di setiap daerah, di kala menjeritnya rakyat karena begitu mahalnya kebutuhan pokok, dikala terjepitnya bahan bakar minyak yang berefek rente dalam perekonomian rakyat kecil, di saat lalainya pemerintah meretas kasus HAM yang tak berujung.

Disaat moralitas bangsa semakin hancur: narkoba, mesum, LGBT, dan degradasi moral pelajar, Serta hutang negara yang semakin besar. Pemerintah tak terlihat menunjukan sedikitpun keberpihakannya pada rakyat kecil.

Lebih miris lagi, di saat bencana alam begitu besar melanda, di saat pertiwi menangis di belahan wilayah indonesia, mereka yang tak terjangkau bantuan dan merasakan manisnya perhatian, kini kian terus menjerit, berbondong-bondong velunteer berjuang memberikan kontribusi terbaiknya, tpi di mana hati empati pemerintah untuk hadir dan memusatkan perhatian kepada mereka yang terkena musibah.

Di sisi lain. Annual meeting IMF dan WB yang di gadang-gadang adalah langkah strategis ekonomi bangsa, nyatanya hanya pameran ketidakberpihakan pemerintah pada rakyatnya. Disaat tubuh renta meronta-ronta berteriak menangis meminta bantuan. Pemerintah asik menyambut penjajah perekonomian dan duduk manis dan manja, di tempat yang nyaman serta penuh dengan kemegahan. Entah, apapun alasan mereka.

Jelas ini adalah wajah keberpihakan.Kembali melihat sejarah, bahwa sumpah pemuda 28 Oktober 1928. Menggelorakan semakan persatuan tanah air, bangsa dan menjungjung bahasa persatuan indonesia.

“Kami putera dan puteri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Indonesia”

“Kami putera dan puteri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia”

“Kami putera dan puteri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia”

“Tumpah darah satu, berbangsa satu, berbahasa satu”

Semangat persatuan ini. Yang mengakibatkan indonesia menemui asa kemerdekaanya. Tanpa menjadikan keberagaman sebagai masalah, bahkan menjadikan keberagaman sebagai energi dahsyat yang memantik kemerdekaan bangsa indonesia.

Di 90 Tahun sumpah pemuda, semangat itu, momentum itu, energi dahsyat persatuan itu, harus di hadirkan kembali dalam langkah nyata, langkah para pejuang yang masih menanamkan kepedulianya, terhadap persoalan-persoalan bangsa Indonesia.

Tepat 28 Oktober 2018 Hari sumpah pemuda, akan menjadi hari kebangkitan mahasiswa. Mahasiswa sebagai bagian dari arus semangat pemuda. Harusnya menunjukan nalurinya sebagai pemuda indonesia. Tanggal 28 Oktober 2018, hari sumpah pemuda adalah sebuah kesia-siannya jika hanya berhenti di diskus-diskusi ceremonial namun lupa dengan substansi heroisme di 90 tahun yang lalu.

Mahasiswa akan menghadirkan diri sebagai deklarator sumpah pemuda di era sekarang. Dengan ciri khas berani, kritis, totalitas dan kongkret hadir di jalanan. Dengan sebuah teriakan yang kami sebut dengan, Sumpah Mahasiswa:

”Kami Mahasiswa Indonesia Bersumpah Bertanah Air Satu Tanah Air Tanpa Penindasan”

“Kami Mahasiswa Indonesia Bersumpah Berbangsa Satu Bangsa yang Gandrung akan Keadilan”

“Kami Mahasiswa Indonesia Bersumpah Berbahasa Satu Bahasa Tanpa Kebohongan”

Dahulu pemuda bersatu untuk memerdekakan, kini mahasiswa beratu untuk melawan krisis keberpihakan.

Kemerdekaan indonesia adalah fakta sejarah 1945, dengan peran pemuda didalamnya dan mengusaikan krisis keberpihakan adalah keniscayaan yang akan di perjuangkan oleh mahasiswa Indonesia.

Sumpah mahasiswa indonesia akan menggelora di istana negara, tepat setelah sehari momentum sumpah pemuda 28 oktober, 90 tahun silam.

Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) akan hadir dalam aksi perjuangan di 90 tahun sumpah pemuda untuk menyuarakan Tuntutan Pembangunan Pro Rakyat.

29 Oktober 2018 adalah momentum terpilih, untuk menghadirkan semangat sumpah pemuda bukan hanya dalam diskusi-diskusi tematik ceremonial.

Tapi, momentum ini adalah hari di mana wajah-wajah mahasiswa, dengan almamater yang berbeda-beda, dari sabang sampai merauke dan dari pulau miangas hingga pukau rote akan menghadirkan dirinya dalam satu titik. Istana negara. Menuju 90 tahun sumpah pemuda. Mahasiswa dan kebangkitannya.

Muhammad Fauzul Adzim (Presiden Mahasiswa Universitas Lampung/Kordinator Pusat BEM Seluruh Indonesia).

Komentar