Soal Ricuh Papua, Gubernur dan Walikota Minta Maaf dan Ajak Warga Tenang

Nasional190 Dilihat
Gubernur dan Walikota Minta Maaf Soal Polemik Mahasiswa Papua (Foto : Gusti Tanati)

Jakarta : Ricuh pecah di sejumlah wilayah di Bumi Cenderawasih, Papua. Kericuhan dipicu karena adanya isu SARA terhadap mahasiswa Papua yang sedang kuliah di Surabaya, Malang dan Semarang. Para pemimpin daerah pun meminta masyarakat untuk tetap tenang.

Kerusuhan yang pecah di wilayah Papua terjadi di Provinsi Papua Barat tepatnya di Kota Sorong, Kabupaten Manokwari. Di Provinsi Papua, juga terjadi aksi massa tepatnya di Jayapura.

Menanggapi aksi massa yang berujung anarkis ini, Gubernur Khofifah Indar Parawansa meminta maaf kepada masyarakat Papua. Permintaan maaf ini terkait kalimat salah satu warganya yang kurang pantas kepada masyarakat Papua.

“Teman-teman semua ini antara lain yang terkonfirmasi ke beberapa elemen kemudian menimbulkan sensitivitas adalah kalimat-kalimat yang kurang sepantasnya terucap. Saya ingin menyampaikan bahwa itu sifatnya personal itu tidak mewakili masyarakat Jatim,” kata Khofifah saat menemani kunjungan Kapolri di RS Bhayangkara Polda Jatim, Jalan Ahmad Yani Surabaya, Senin (19/8/2019).

Hal senada juga diungkapkan oleh Wali Kota Malang Sutiaji, yang mengaku ingin bertemu dengan Gubernur Papua Lukas Enembe. Sutiaji mengucapkan permintaan maaf, atas insiden kecil yang terjadi beberapa waktu lalu.

“Kalaupun ada insiden kecil yang dimaknai besar, kalau antar masyarakat kami mohon maaf sebesar-besarnya. Siapapun berhak menyampaikan pendapat, asalkan tidak keluar dari koridor hukum,” kata Wali Kota Malang Sutiaji kepada wartawan di Balai Kota Malang Jalan Tugu.

Sutiaji kembali menegaskan Pemkot Malang tidak pernah mengeluarkan statemen terkait itu. Karena menganggap Kota Malang adalah bagian dari Indonesia.

“Wawali kapasitasnya sebagai apa?, kami juga belum tahu. Apakah mengatasnamakan warga atau FKPPI,” ucap Sutiaji.

Pihaknya menyatakan, Kota Malang terbuka bagi siapapun, baik itu warga negara Indonesia maupun warga negara asing, untuk menimba ilmu, berinvestasi maupun untuk bekerja.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) meminta maaf bila ada kesalahpahaman terkait kejadian di asrama mahasiswa Papua. Dia menyesalkan adanya kejadian tersebut.

“Saya pikir itu tidak perlu saya, sekali lagi kalau memang itu ada kesalahan di kami di Surabaya, saya mohon maaf, tapi tidak benar kalau kami dengan sengaja mengusir, tidak ada itu,” kata Risma di kantor DPP PDIP, Jl Diponegoro, Jakarta Pusat.

Gubernur Papua Lukas Enembe juga menceritakan telah menerima telepon dari Gubernur Jawa Timur Khofifah indar Parawansa. Lukas mengatakan, dalam kesempatan itu, Khofifah menyampaikan permohonan maaf atas insiden yang terjadi di asrama mahasiswa Papua di Surabaya pada Jumat (16/8) lalu.

Lukas menyayangkan hal tersebut karena saat ini sudah banyak orang Papua yang bisa membuktikan diri di dunia internasional.

“Saya sudah sampaikan ke pemerintah, orang Papua punya martabat yang tinggi, harga diri yang tinggi, terbukti anak-anak saya sekarang di seluruh dunia, 1.500 orang saya kirim dan mereka berhasil mencapai nilai yang bagus. Kenapa sudah 74 tahun Indonesia merdeka masih ada orang yang berpikiran seperti zaman penjajahan,” papar Lukas.

Lukas Enembe sebagai perwakilan pemerintah pusat di Papua, berjanji menyampaikan aspirasi para pendemo ke Jakarta. Dalam kesempatan ini, Lukas juga memuji massa yang tetap menjaga keamanan dalam aksi long march.

Red/Detik

Komentar