Ahli Jiwa Jelaskan Beda Stres, Cemas, dan Depresi, Rentan Dialami Gen Z

Nasional562 Dilihat

Jakarta, (Metropolis.co.id) – Di era digital yang serba cepat, berbagai gangguan kesehatan mental rentan dialami oleh kebanyakan orang. Bahkan, pada Gen Z, generasi yang mendominasi populasi di Indonesia saat ini, sedang terjadi peningkatan kasus gangguan kesehatan mental.

Survey Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) tahun 2022 menemukan, satu dari tiga remaja Indonesia yang berusia 10 – 17 tahun memiliki masalah kesehatan mental sementara satu dari dua puluh remaja Indonesia memiliki gangguan mental dalam 12 bulan terakhir. Angka ini setara dengan 15,5 juta dan 2,45 juta remaja.

Kecemasan dan depresi merupakan dua gangguan mental yang paling banyak diidap oleh Gen Z. Stres kerap kali menjadi faktor pemicu atau kontributor bagi perkembangan kedua gangguan mental tersebut.

Walhasil, stres, kecemasan, dan depresi seringkali digunakan secara bergantian dalam percakapan sehari-hari. Namun pada kenyataan, ketiganya adalah kondisi yang berbeda.

Apa sih bedanya stres, kecemasan, dan depresi?

Stres


Spesialis kedokteran jiwa dr Lahargo Kembaren, SpKJ menjelaskan, stres adalah respons alami tubuh terhadap situasi atau tekanan tertentu. Stres sendiri terbagi menjadi dua jenis, yakni stres positif (eustress) dan stres negatif (distress).

Eustress merupakan jenis stres yang dapat memberikan dampak positif pada seseorang. Eustress disebut sebagai “stres baik” karena dapat memotivasi, menantang, dan membantu seseorang untuk mencapai potensi terbaiknya.

Sebaliknya, distress adalah jenis stres yang memiliki dampak negatif pada kesejahteraan seseorang. Distress bisa merujuk pada tekanan atau ketegangan yang melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya.

“Eustress atau stres yang positif yang justru bisa mendorong Gen Z ini mengeluarkan potensi terbaiknya, membuat dia mempersiapkan diri untuk suatu hal yang mau dihadapi. Itu akan membuat keluarnya hal yang terbaik dari dirinya,” terang dr Lahargo kepada detikcom, Selasa (12/12/2023)

“Tetapi kalau anak gen Z ini tidak punya kapasitas mental yang bagus dan support sistem yang kurang, maka stres ini bisa berujung kepada stres yang negatif atau kita sebut distress,” sambungnya.

Distress, terang dr Lahargo, dapat membawa berbagai gejala yang mencakup aspek fisik, emosional, perilaku, dan pikiran. Jika tidak ditangani dengan segera, distress dapat berkembang menjadi gangguan kejiwaan, seperti ansietas atau gangguan cemas.

Ansietas atau Kecemasan

Jika stres merupakan respons tubuh akan sesuatu yang jelas sedang terjadi, ansietas adalah rasa takut dan khawatir terhadap sesuatu yang belum terjadi. Gangguan ini ditandai dengan rasa gelisah, tidak nyaman, dan khawatir yang sangat berlebihan.

“Kalau stres biasanya dia udah jelas tuh kan kayak, kita lagi stres karena kerjaan kita banyak. Kerjaannya banyak tuh beneran ada tuh sumber yang menyebabkan stres itu ada. Tapi kalau cemas itu sebenarnya rasa takut dan khawatir itu sama sesuatu hal yang belum pasti,” terang psikolog klinis Rafika Syaiful, M Psi kepada detikcom, Rabu (13/12/2023).

dr Lahargo menjelaskan, ansietas dapat menyebabkan gejala fisik, psikologis, dan gangguan pada perilaku. Berikut adalah gejala-gejala yang mungkin terjadi:

Fisik: kepala terasa berat, naiknya asam lambung, jantung berdebar lebih kencang, napas pendek, kulit gatal dan kemerahan, dan otot-otot terasa tegang
Psikologis: rasa panik, takut mati, takut kehilangan kontrol, dan takut terkena penyakit tertentu
Perilaku: tidur yang terganggu, pola makan yang terganggu, terdapatnya perilaku berulang-ulang yang tidak bertujuan.

Depresi

Depresi merupakan gangguan mental yang ditandai dengan perasaan sedih yang mendalam, kehilangan minat atau gairah terhadap aktivitas yang biasanya dinikmati, dan penurunan energi yang berkepanjangan.

Perlu diketahui, gangguan ini bukan sekadar perasaan sedih sementara yang dapat dialami siapa pun dalam kehidupan sehari-hari. Depresi adalah kondisi kesehatan mental yang serius dan dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan sehari-hari seseorang.

dr Lahargo menjelaskan bahwa gangguan depresi ditandai oleh dua gejala utama, yakni gejala mayor dan gejala minor. Gejala mayor termasuk mood depresif, kehilangan minat dan gairah hidup, serta kelelahan yang mendalam. Gejala minor, atau gejala tambahan depresi, melibatkan gangguan pola tidur, pola makan, konsentrasi, serta perasaan harga diri yang rendah dan pikiran putus asa.

detik

Komentar