Menjadi wartawan kompeten adalah keharusan, begitu juga prosesnya. Melewati semua jenjang uji juga sebuah tantangan yang harus diselesaikan hingga tuntas.
Begitu tekad seorang wartawanku yang tiada henti mengirim pesan WA maupun telpon meminta rekomendasi Uji Kompetensi Wartawan Dewan Pers 2024 di Lampung.
Habibi namanya. Dia merupakan wartawan aktif media harian zaman ke zaman, hingga kini 2024 dirinya masih setia pada profesi itu, Dia tekun menjadi wartawan dan kabiro SKH maupun di media online.
Histori rekomendasi pertama yang ia minta adalah saat 2022 lalu, redaksi memberikan rekomendasi untuk mengikuti UKW melalui SKH Zona Lampung yang kala itu saya masih sebagai Pimpinan Redaksi.
Dari situ, tekadnya untuk mengikuti UKW Madya begitu kentara, ubet berkabar, rajin belajar, bertanya, ditambah satu kunci semangatnya yaitu optimis bisa lulus.
Hingga ujian Kompetensi oleh PWI Lampung selesai dilewati, nama Desi Habibi dinyatakan kompeten oleh penguji PWI Pusat. Dia begitu gembira tak terkira.
Sebagai peningkatan kemampuan diri, Habibi juga kembali mengasah kemampuan dengan mengikuti UKW jenjang Utama.
Habibi kembali belajar melatih diri, mencari pengajar, menggaet tutor maupun membangun jejaring.
Hingga pada 08 Juni 2024 ia mengirim pesan WA, “bang nilainya 70 semua ada satu yang 75, kira-kira aman gak ya,” tanya Habibi melalui pesan WA yang mungkin saat itu dadanya berdegup kencang menanti hasil dari penguji.
Mendengar itu saya hanya tersenyum, saya hanya membalas ‘pastikan dulu’ agar dia pelan memastikan tiap lembar kertas jawaban yang sudah dinilai oleh pengujinya yakni DR.Iskandar Zulkarnain (IKZ).
Hingga lima menit kemudian Habibi kembali memnyampaikan pesan bahwa dia dinyatakan Kompeten, tentu saja itu membuat saya lega bahwa akhirnya tidak ada seorangpun wartawan yang tak bisa bila mau berusaha dalam mengikuti UKW. Selamat untuk Habibi!!
Semangat ini merupakan motivasi untuk wartawan di mana saja, bahwa boleh jadi seseorang jago menulis tapi belum tentu dia wartawan, hebat komunikasi, meliput dan berjejaring Belum Tentu juga dia wartawan.
Karena gelar wartawan adalah profesi, maka setiap profesi harus ada kompetensinya, jangan hanya kencang bersuara padahal sesungguhnya “nyaring tapi tak terdengar, seperti bumbungan kosong (tak bermakna)” begitu kata tokoh Pers asal Lampung Prof. Bagir Manan.
Menjadi wartawan kompeten juga bukan ajang ‘busung dada’ tapi menyadari apakah selama ini kita sudah sesuai anjuran dan pedoman peliputan yang benar, tak ada yang hebat, wartawan hebat adalah mereka yang selalu belajar “KELIRU BOLEH, TAPI SALAH JANGAN”.
Akhir cerita kita dapat memetik suatu kesimpulan, bahwa setiap redaksi memiliki tanggungjawab moral agar wartawanya benar dalam bekerja, teliti dalam analisa, pintar berjejaring.
Satu lagi ilmu terpenting, mengetahui ilmu ‘TAU DIRI’ apa itu? itulah dia puncak penerapan ilmu 5W 1H istilah ini saya petik dari ketua bidang Pendidikan PWI Lampung Munizar.
Jadi bagi wartawan apapun latar belakang organisasi, ayo mantapkan diri jangan malu ikut UKW, jangan anggap diri kita senior lantas tinggi hati untuk tidak mau belajar, tak perlu, sekarang dunia sudah berubah, arus teknologi komunikasi makin berkembang, pilihannya hanya satu Ikut atau tertinggal.
Salam Jurnalisme !!
Komentar