Melangkah dengan Semangat Optimisme

Sumatera Barat195 Dilihat

Oleh: Medi Iswandi (Kepala Bappeda Provinsi Sumatera Barat)

Pemerintah Provinsi Sumatera Barat memahami sepenuhnya bahwa kritik terhadap capaian pertumbuhan ekonomi triwulan II yang dinilai kurang menggembirakan lahir dari kepedulian tulus para akademisi dan tokoh masyarakat. Kekhawatiran tersebut wajar, mengingat posisi pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat masih berada di level bawah secara nasional.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat hingga pertengahan tahun 2025 yang masih berada di angka 3,94%. Angka ini menjadi pengingat bahwa kita harus terus berbenah.

Namun, sebelum tergesa-gesa menilai, perlu dipahami bahwa kesejahteraan suatu daerah sejatinya tidak hanya diukur dari Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Salah satu indikator yang langsung mencerminkan kualitas hidup masyarakat adalah tingkat kemiskinan dan pada aspek ini, Sumatera Barat justru menunjukkan kemajuan yang patut diapresiasi.

BPS mencatat penurunan tingkat kemiskinan secara konsisten dalam setahun terakhir:

  • Maret 2024: 5,97% atau 345.730 jiwa
  • September 2024: 5,42% atau 315.430 jiwa
  • Maret 2025: 5,35% atau 312.250 jiwa
    Artinya, lebih dari 33 ribu orang berhasil keluar dari garis kemiskinan. Pencapaian ini terwujud di tengah gejolak ekonomi global yang penuh ketidakpastian sesuatu yang tentu tidak bisa dipandang sebelah mata.

Jika ditelusuri lebih dalam, terdapat sejumlah alasan untuk tetap menatap masa depan dengan optimisme:

  1. Konsumsi rumah tangga tetap terjaga
    Kenaikan kredit konsumsi dan jumlah tabungan mengindikasikan daya beli masyarakat relatif stabil, khususnya menjelang Idul Adha dan liburan sekolah. Penurunan penjualan kendaraan bermotor hingga 48,03% lebih merefleksikan sikap belanja selektif, bukan pelemahan daya beli.
  2. Belanja pemerintah perlu lebih produktif
    Realisasi belanja, terutama dari pemerintah pusat, masih didominasi oleh belanja pegawai, sementara belanja modal dari APBN justru turun 58,45%. Ke depan, anggaran harus diarahkan pada sektor yang memberi dampak langsung bagi pertumbuhan ekonomi riil.
  3. Investasi menunjukkan perkembangan beragam
    Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tumbuh pesat hingga 72,07%, namun Penanaman Modal Asing (PMA) turun 8,13%. Penurunan impor barang modal sebesar 89,33% menandakan investasi belum sepenuhnya mengalir ke sektor industri secara luas.
  4. Ekspor menjadi penopang penting
    Kinerja ekspor menguat berkat kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO), minyak nabati, dan bahan kimia. Namun, ketergantungan pada komoditas tertentu memiliki risiko jika harga global berfluktuasi. Diversifikasi ekspor harus segera diperluas.
  5. Mayoritas sektor usaha tumbuh positif
    • Informasi & Komunikasi tumbuh 9,51%, didorong permintaan data dan pembangunan BTS baru.
    • Pertanian tumbuh 4,06%, ditopang sektor perikanan dan peternakan selama Idul Adha.
    • Perdagangan serta Transportasi & Pergudangan tumbuh masing-masing 3,67% dan 3,03%, seiring meningkatnya mobilitas dan transaksi daring.
  6. Meski demikian, sektor Konstruksi (-0,02%) dan Akomodasi & Makan Minum (-0,65%) masih tertekan akibat lambatnya realisasi proyek fisik, belum meratanya pemulihan sektor pariwisata dan efesiensi anggaran belanja pemerintah.

Gambaran ini menunjukkan bahwa meski tantangan tetap ada, Sumatera Barat memiliki modal penting untuk bangkit. Penurunan angka kemiskinan, terjaganya konsumsi masyarakat, pertumbuhan sektor pertanian, dan lonjakan PMDN adalah fondasi kuat untuk mengejar target pertumbuhan 4,7% dalam RKPD 2025.

Ke depan, fokus utama Pemerintah Provinsi Sumatera Barat adalah mempercepat realisasi belanja strategis, memperluas diversifikasi ekspor, menciptakan iklim investasi yang sehat, serta memperkuat kolaborasi antarwilayah. Bersamaan dengan itu, juga diperlukan evaluasi menyeluruh terhadap kinerja aparatur dan organisasi perangkat daerah, terutama dalam menyongsong RPJMD 2025–2030 dengan target kinerja yang lebih ambisius.

Masukan, saran, dan kritik konstruktif dari berbagai pihak, tentu sangat dibutuhkan untuk menjadi pertimbangan dalam penyusunan kebijakan menghadapi tantangan ekonomi global ke depan.

Dengan sinergi yang solid dan kebijakan tepat sasaran, Sumatera Barat bukan hanya berpeluang keluar dari papan bawah pertumbuhan ekonomi, tetapi juga siap melangkah menuju kemajuan yang berkelanjutan.

Komentar