Program Tiga Perisai Jadi Benteng Terakhir Mitigasi dan Konservasi Kepulauan Seribu

Nasional896 Dilihat

Kepulauan Seribu, Metropolis – Dering telepon membangunkanku di suatu pagi, meski jam tangan masih menunjukkan pukul 05.00Wib, tapi imbauan massal dari resepsionis hotel itu terdengar penting, meminta untuk bersiap lebih pagi karena akan melakukan perjalanan laut, termasuk saya dilantai 21 kamar ujung nomor 2128 aston kemayoran, jakarta pusat, Selasa, (27/08/2025).

Usai mendengar panggilan itu, saya bergegas kekamar mandi, beranjak untuk mengosok gigi dan mandi dengan keran air panas, meski sejujurnya itu jarang pernah dilakukan dirumah.

Kejadian dipagi yang damai, suhu kamar yang dingin dan tentunya tanpa cahaya matahari yang terlihat dibalik jendela kaca, seolah bukan pagiku dirumah seperti biasanya.

Selesai mengeringkan badan dengan handuk, sebuah plastik berisikan kemeja bewarna hijau muda langsung kubuka, kupakai, lengkap dengan mengenakan sepatu dan tas kecil.

Saat menyeka rambut teryata sahabat sekamarku juga telah bersiap. Tampan namanya seelok rupanya memang, ya kami merupakan rombongan puluhan wartawan yang dibawa langsung oleh PT Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatera (PHE OSES) dari Lampung.

Kami dari organisasi profesi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Ikatan Wartawan Online (IWO) akan berkegiatan selama tiga hari sejak 26 sd 28 Agustus 2025, kegiatan kami adalah mengunjungi secara lansgung realisasi Corporate Social Responsibility (CSR) program dari PT Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatera (PHE OSES).

Adapun titik lokasinya di Kepulauan Seribu, kami juga akan dibawa kekantor mereka di Kalijapat Shorebase di Jakarta Utara, melilhat SOP pekerja, kesehatan pekerja bahkan peralatan dan suku cadag yang akan digunakan untuk pengeboran laut.

Pokoknya beruntung sudah kami bisa ikut dalam rangka gathering media sekaligus sosialisasi Anugrah Jurnalistik Pertamina (AJP) 2025 ini, semua informasi energi hulu akan kami ketahui, karena selama ini begitu asing bagi kami, apalagi masyarakat.

Tujuan perjalanan kami spesifiknya untuk menilik lebih dekat keseriusan PT Pertamina menyelamatkan area ekstrim melalui perisai mangrove sebagai ‘benteng terakhir’ bertahannya mitigasi air laut di kepulauan Seribu DKI Jakarta.

Usai berkumpul dilobby hotel, kami beranjak menuju marina ancol menggunakan mobil hiace yang membawa kami dari Lampung, yang selanjutnya akan menuju pulau kelapa dan pulau harapan di Kepualan Seribu DKI Jakarta.

Perjalanan didampingi kru PHE OSES, lengkap dengan staf Humas, CDO bahkan hadir langsung Head of Communication, Relations & CID di PT Pertamina Hulu Energi OSES, Indra Darmawan.

Sampai di Marina Ancol sekira pukul 07WIB pagi, kami sejenak ngopi sejenak sebelum melanjukan perjalanan dengan speedboat.

Tak lama berselang kami lanjutkan perjalanan dengan menumpangi speedboat Arafat 2, hingga sampailah di pulau harapan tepat pada pukul 08.57 Wib selanjutnya kami akan melakukan explore CSR dipulau Kelapa.

Sesampainya disana, kami disambut senyuman para penyitas yang luar biasa, seorang guru, bidan dan beberapa murid dari anak penderita stunting yang perlahan tuntas dan sehat setelah mengikuti program lain dari PHE OSES.

Menikmati suasana, mendengarkan pemaparan, dari sanalah saya mulai mengerti bagaimana bila penyaluran CSR dilakukan secara tepat dengan awal kajian, serta didampingi dengan metode inklusif dan berkelanjutan.

Hati mulai memuja, tapi saya kembali tersentak bahwa kedatangan saya untuk menulis, bukan tentang hal lain, tapi semakin dijalani pengetahuan tentang situasi saya merasa makin kaya informasi, nyata melihat situasi dan dampak dari sebuah program.

Tak berlebihan memuji, bakti PT Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatera (PHE OSES) untuk negeri melalui program non bisnis atau Corporate Social Responsibility (CSR) ini patut diacungi jempol karena menyelaraskan antara Conservation & Energizing untuk indonesia.

“Program ini berada di kelurahan Pulau Harapan dan pulau kelapa Kepulauan Seribu Utara, DKI Jakarta. diharapkan mampu menciptakan keseimbangan, menjaga kehidupan dengan mendorong kepedulian masyarakat untuk menularkan semangat konservasi alam,” kata Head of Communication, Relations & CID di PT Pertamina Hulu Energi OSES, Indra Darmawan, Rabu (27/08/2025).

Head of Communication, Relations & CID di PT Pertamina Hulu Energi OSES, Indra Darmawan

Pulau yang dihuni penduduk sekitar 2933 jiwa ini terdiri dari 40 persen wirausaha, 40 persen nelayan dan 20 persen profesi lain seperti pegawai negeri dan lainnya.

Pulau ini salah satu lokasi tiga program prioritas penyaluran CSR dari PT Pertamina khususnya PHE OSES yakni, Seribu Asa – Selamatkan Generasi dari Gizi Buruk dan Stunting Bersama Pertamina
Pelaut Tangguh – Peningkatan Pendapatan Nelayan yang Tanggap, Guyup, dan Humanis
Tiga Perisai – (Mitigasi Perubahan Iklim dan Konservasi)

Dalam angle tulisan ini saya terkesima pada sebuah fokus pada sebuah program, Tiga Perisai namanya upaya untuk keseimbangan mitigasi perubahan iklim dan konservasi.

Tiga Perisai

Program ini fokus pada mitigasi perubahan iklim dan konservasi di Kepulauan Seribu DKI Jakarta, adapun item kegiatanya seperti pelestarian penyu sisik, penanaman mangrove, penanaman terumbu karang, serta pemberdayaan masyarakat pesisir melalui pelatihan dan peningkatan kapasitas.

Program tiga perisai ini juga sudah berhasil melepaskan lebih dari 6.500 ekor tukik penyu sisik,126.000 batang mangrove dan 500 batang pohon kelapa dan transplantasi karang di area seluas 300 meter persegi.

Atas capaian kegiatan ini juga Pertamina Hulu Energi (PHE) OSES telah diganjar berbagai penghargaan yakni PR Indonesia Awards (PRIA) 2025 dan Derap Kerja Sama Jakarta (DKJ) Award 2025.

Dimulai Sejak 2019

Di kelurahan Pulau Harapan ini. Masyarakat memanfaatkan mangrove jenis bakau rejofora stelosa sebagai benteng utama mitigasi air, media pasirnya banyak, lumpurnya sedikit menyesuaikan kondisi pulau seribu.

Program berkelanjutan dari tahun 2019 yang dinamai ‘Tiga Perisai’ ini adalah respon dari degradasi perlakuan manusia terhadap alam sekitar, seperti ekploitasi pasir dan batu yang berakibat pada kurang ramahnya ekosistem laut bahkan berkurangnya wilayah daratan di kepulaun seribu.

Tiga Perisai Benteng Terakhir Penjaga Kepulauan Seribu

Keunggulan Rhizophora Stylosa

Jenis Rhizophora Stylosa cocok untuk area ekstrim dikepulauan seribu yang rawan terhadap ombak besar apalagi saat musim angin timur dan barat.

“Akar nafas bibit ini bercabang, dia mampu menangkap hamparan ombak, sistem tanam rumpon agar dia berkoloni, sehingga kokoh. Dari beberapa prototype inilah yang paling tepat di pulau seribu termasuk zona inti,” kata mitra konservasi PHE OSES Bapak Mustafa didampingi bapak Iskandar saat menemani wartawan melihat pembibitan mangrove Jenis Rhizophora Stylosa.

Mustafa dan Iskandar keduanya adalah ketua sentra penyuluhan konservasi perdesaan (SPKP) setempat, dimana pak Mustafa selaku ketua SPKP Alang Bondo dan Pak Iskandar selaku Ketua SPKP Bintang Laut.

Mengangkat Derajat Ekonomi Warga

Pernyataan kedua kepala SPKP juga diperkuat oleh warga lain selaku penggiat mangrove yang juga sempat menggeluti SPKP sebelumnya beliau adalah Pak ishat (57).

Ia menuturkan, penanaman dan pemilihan lokasi yang benar pada beberapa macam mangrove sangatlah penting sebagai tanaman pelindung pantai, baik itu bakau, kelapa, pohon buto, ketapang dan ngamplong.

“Artinya sangat dibutuhkan untuk melindungi dari terpaan ombak, menjaga hewan seperti kepiting bakau, ikan dan terumbu karang, daripada menanggulangi lebih baik melakukan konservasi,” tutur Ishat yang sempat menjadi perangkat RW Senior di pulau Harapan, kecamatan Pulau Seribu Utara, DKI Jakarta.

Pembinaan berbagai sektor oleh PHE OSES ini kata pak Ishat, juga berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat.

“Kan banyak tu bantuanya, kelompok koperasi, pembinaan nelayan, semua mempekerjakan penduduk sini, artinya program demi program bermanfaat sebagai penambah penghasilan warga, lihat sekarang mindset mereka terbuka, usahanya sudah merambah mereka bikin kerupuk, pengusaha homestay dan agen wisata,” kata Pak Ishat dipojok area pembibitan saat diwawancarai Metropolis.co.id.

Memberdayakan dan Menambah Pemasukan Warga Sekitar

Kegiatan ini juga merlibatkan masyarakat secara langsung, mulai dari mencari bibit, memindahkan ke polibag hingga menanam dititik yang sudah ditentukan sebagai target.

Para pelaku program juga mendapat pemasukan, termasuk sentra penyuluhan konservasi perdesaan (SPKP) yang menjadi patner program.

Konservasi Menambah Luasan Pulau

Ada dampak baik dari konservasi mangrove, ia mampu menambah luasan pulau. Salah satunya Kelurahan Pulau Harapan, kecamatan Kepulauan Seribu Utara, DKI Jakarta.

“Dari tahun 2021 luas area daratan pulau harapan hanya 7,6 HA, namun kini pada 2025 terjadi penambahan luasan menjadi sekitar 10 HA,” ujar Lurah Pulau Harapan, Pak yusup pada Mertopolis.co.id saat diwawancarai didepan kantor kelurahan, Rabu 27 Agustus 2025.

Namun dari berbagai manfaat tentu ada minusnya kata pak yusup.

“Ada dampak negatifnya, misal ada hanyutan ular dan bertambahnya agas, tapi itulah benteng terakhir kita dikepulauan ini,” ucap pak Yusuf.

Ia juga menyampaikan pesan bahwa saat ini perlu penambahan faskes di Kepulan Harapan.

“Kita ada juga pesan ya, bahwa perlu penambahan Faskes untuk ibu hamil yang melahirkan, kalau ada pendarahan itu kan perlu tindakan lanjut, nah perlu penambahan fasilitas, kalau dirujuk kan jauh ke daratan,” demikian pak Yusuf.

Berkurangnya Ekploitasi Pasir

Strategi penanaman mangrove itu lakukan untuk mengurangi area pasir dan batu yang disenangi manusia tak bertanggungjawab, bukan dari unsur konservasi saja tapi pemberdayaan masyarakat.Sehingga penting sebagai perisai tangguh bagi penduduk dari mitigasi bencana.

Jadi ‘Benteng Terakhir’

Penanaman mangrove rejofora stelosa berfungsi sebagai penopang dan habitat biota laut, ekosistem hewan dilaut bisa terlindungi dengan adanya mangrove.

“Ini sangatlah penting bisa jadi perisai (Benteng Terakhir), penopang pulau-pulau, mengurangi abrasi, ketika pasang bisa mejadi tahanan palang alami,” begitu uraian singkat namun memiliki arti mendalam dari Risky selaku pengendali ekosistem dari balai Taman Nasional Kepulauan Seribu.

Hamparan bakau rejofora stelosa yang kini menjadi penyangga atau ‘benteng terakhir’ kepulauan seribu, menjadi mata rantai elaborasi kehidupan, pusaran ekosistem, hewan dan peran manusia di alam.

Diketahui, PHE OSES aktif menjalankan berbagai program keberlanjutan di berbagai bidang seperti pemberdayaan nelayan, penciptaan makanan magot untuk budidaya ikan oleh nelayan, konservasi mangrove, transplantasi terumbu karang bahkan pembesaran kimia raksasa.

PT Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatera (PHE OSES) bergerak di bidang hulu minyak dan gas (migas), yang mencakup kegiatan eksplorasi dan produksi migas. Sebagai anak perusahaan PT Pertamina (Persero).

Sedangkan CSR PHE OSES adalah program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) dari PT Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatera (PHE OSES).

Tulisan ini hanya rangkaian cerita nyata, bagaimana literasi itu menjadi penting, dimulai dengan pengayaan informasi melalui reportase secara langsung, lalu diketahui masyarakat.

Berita tentang hulu migas jarang terdengar oleh masyarakat, kecuali melalui kanal tertentu, acara tertentu dan forum tertentu, tapi betapa inginnya masyarakat untuk tau hal itu ?

Melalui guratan cerita atau tulisan di media, disertai sumber informasi jelas diharapkan dapat memperkaya khasanah masyarakat tentang kegiatan hulu migas.

Apa itu pengeboran minyak laut, bagaimana prosesnya, safety-nya bagaimana, apa dampaknya dan kemana CSR nya, semua saya sajikan dalam beberapa berita tentang Pertamina khususnya PHE OSES yang berada dalam wilayah kerja kami yakni Provinsi Lampung.

Dalam penulisan, saya juga berusaha sejujurnya menulis apa yang saya lihat dan rasa, saya hadir dilapangan secara langsung, memakan waktu, bukan sekedar wawancara melalui telepon seluler yang secara norma KEJ memang diperbolehkan tapi saya rasa sedetil apapun dia menceritakan ia akan kosong tanpa rasa. Tak sehangat seperti saat repotase langsung.

Karya ini juga dilombakan, sepenggal cerita warga kepulauan seribu yang mendapat manfaat program dari Pertamina, menang bukan tujuan utama, tapi sampainya pesan pada masyarakat mejadi penting bagi penulis, karena tulisan adalah jendela informasi dunia.

Naskah ini dibuat penulis sesuai tanggal, sejak awal sampai, bahkan sebelum memulai trip ringkasanya ditulis, bahkan hingga kami pulang pada tanggal 28 Agustus 2025.

Poetra

Komentar