Agam, Sumatra Barat – Muhammad Hamzah mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling melaksanakan kegiatan trauma healing bagi anak-anak pengungsi korban bencana banjir bandang dan longsor yang melanda Nagari Kayu Pasak, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatra Barat.
Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian sekaligus pengabdian kepada masyarakat terhadap dampak psikologis yang dialami anak-anak pascabencana.
Bencana banjir bandang dan longsor yang terjadi beberapa waktu lalu di wilayah Kayu Pasak mengakibatkan kerusakan rumah warga, fasilitas umum, serta memaksa ratusan warga mengungsi ke tempat yang lebih aman.
“Anak-anak menjadi kelompok yang paling rentan mengalami trauma, ketakutan dan kecemasan akibat peristiwa tersebut. Melihat kondisi tersebut, saya selaku mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas Lampung berkolaborasi dengan Mapala Unila, Destana Lampung Selatan, dan BPBD provinsi Lampung untuk turun langsung memberikan pendampingan psikososial,” kata Muhammad Hamzah.
Kegiatan trauma healing ini dilaksanakan di posko pengungsian SD 05 Kayu Pasak dengan melibatkan puluhan anak dari berbagai jenjang usia, mulai dari anak usia dini hingga sekolah dasar.
Muhammad Hamzah dan Tim merancang berbagai aktivitas yang bersifat edukatif dan rekreatif, seperti permainan kelompok, menggambar dan mewarnai, bernyanyi, bercerita, hingga teknik relaksasi sederhana yang disesuaikan dengan usia anak.

Muhammad Hamzah menjelaskan bahwa trauma healing bertujuan untuk membantu anak-anak mengekspresikan perasaan mereka, mengurangi rasa takut, serta memulihkan kondisi emosional agar anak kembali merasa aman dan nyaman.
“Anak-anak korban bencana sering kali menyimpan ketakutan yang tidak bisa mereka ungkapkan secara verbal. Melalui permainan dan kegiatan kreatif, mereka dapat menyalurkan emosi sekaligus membangun kembali rasa percaya diri,” ujarnya.
Selain kegiatan bermain, Tim juga memberikan edukasi ringan mengenai kebencanaan dengan bahasa yang mudah dipahami anak-anak. Edukasi ini bertujuan agar anak tidak hanya pulih secara psikologis, tetapi juga memiliki pemahaman dasar tentang cara bersikap ketika terjadi bencana di kemudian hari.
Respon positif terlihat dari antusiasme anak-anak yang mengikuti kegiatan. Suasana posko pengungsian yang sebelumnya dipenuhi kecemasan berubah menjadi lebih ceria dengan tawa dan semangat anak-anak.
“Beberapa orang tua pengungsi menyampaikan rasa terima kasih atas perhatian yang diberikan kepada anak-anak mereka. Menurut mereka, kegiatan trauma healing ini sangat membantu mengalihkan anak dari rasa takut dan kejenuhan selama berada di pengungsian,” ungkapnya.
Muhammad Hamzah dari Mapala Unila bersama Destana Lampung Selatan dan BPBD provinsi Lampung berharap kegiatan ini dapat memberikan dampak positif jangka panjang bagi perkembangan psikologis anak-anak korban bencana. Mereka juga menegaskan pentingnya pendampingan berkelanjutan, terutama bagi anak-anak yang mengalami trauma berat, agar proses pemulihan dapat berjalan optimal.
“Kegiatan trauma healing ini merupakan bagian dari pengabdian masyarakat yang sejalan dengan peran mahasiswa sebagai agen perubahan sosial. Melalui kegiatan ini, mahasiswa tidak hanya menerapkan ilmu yang dipelajari di bangku perkuliahan, tetapi juga belajar langsung memahami realitas sosial dan kemanusiaan di tengah masyarakat,” hamzah menjelaskan.
Dengan adanya sinergi antara mahasiswa, masyarakat, dan pihak terkait, diharapkan proses pemulihan pascabencana di Nagari Kayu Pasak dapat berjalan lebih baik, tidak hanya dari sisi fisik, tetapi juga dari sisi mental dan emosional para korban, khususnya anak-anak sebagai generasi penerus bangsa.
Diketahui, Muhammad Hamzah adalah seorang Mahasiswa Bimbingan Konseling yang mengelar Trauma Healing bagi Anak-Anak Pengungsi Korban Banjir Bandang dan Longsor di Kayu Pasak, Agam, Sumatera Barat.
Red








Komentar