UPT PAM Kota Metro Perlu Peningkatan Anggaran

Metro399 Dilihat
UPT PAM Kota Metro Perlu Peningkatan Anggaran

Kota Metro, (Metropolis.co.id) – Unit Pelaksana Tehnik (UPT) Perusahaan Air Minum (PAM) Kota Metro minim perhatian. Dalam hal tersebut, UPT PAM sangat membutuhkan anggaran perbaikan jaringan berkisar hingga 500 (lima ratus) juta rupiah serta penambahan tenaga teknis, Kamis (05/12/19).

Kepala UPT PAM Kota Metro, Harto Basrie, ST, mengungkapkan jaringan pada PAM masih menggunakan fasilitas lama, yakni fasilitas sejak Tahun 1982.

“Harto Basrie mengatakan bahwa jaringan pada PAM itu sendiri masih berasal dari Tahun 1982 yang belum ada pembaharuan pipanya, kita bisa bayangkan bahwa kalau dari tahun itu belum ada pembaharuan akan terjadi banyak kerusakan. Namanya pipa, ada yg berbentuk pipa asbes,” ucapnya.

UPT PAM menerima banyak keluhan, dan untuk menangani keluhan tersebut hanya ditangani oleh tiga orang tenaga teknis.

“Yang kedua kami tidak menyalahkan pelanggan atau siapapun, di kantor Pam ini yang jelas perlu diketahui kami kekurangan tenaga tehnis, khususnya para pekerja keras untuk gali-menggali, disini hanya ada tiga orang untuk menangani itu. Artinya tiga orang itu menangani untuk setiap minggu itu, keluhan enggak cuma satu aja, banyak, tidak tertangani, karena mengingat tenaga, yang dimana bisa saja ada yang sedang sakit, dan sebagainya,” katanya.

“Disamping itu, anggaran kami perbaikan tahun ini, ada keperluan lain pemerintah ya, jadi dialihkan, jadi enggak ada,” jelas Harto.

Terkait keluhan pelanggan PAM di Hadimulyo Barat, Harto menerangkan bahwa adanya kerusakan yang terjadi, serta diatasnya terdapat jalan aspal yang baru, dan butuh prosedur untuk izin membongkarnya.

“Jadi untuk di daerah Hadimulyo Barat, itu ada kerusakan jaringan pipa berapa inci gitu, yang kemarin itu saya panggil pak marno staff, bahwasannya dideket jembatan ada kerusakkan, sementara diatasnya jalan aspal baru, jembatan 22. Kita mau bongkar itu kan nanti disalahkan oleh kontraktor, karena itu jalan baru dibuatnya, artinya kita memegang prosedur, buat surat ke PU minta izin, termasuk untuk PU-nya memerintah kontraktornya memberikan izin, nah itu lagi kami tanganin. Kalau bicara pipa besar, kendalanya kita harus beli alat, yakni Gibhoel, nah anggaran kami sudah tidak ada untuk hal-hal itu lagi. Dan untuk di Jalan Mujahir itu sudah kami perintahkan kawan-kawan tadi untuk menelusuri langsung ke lapangan,” terangnya.

Ia juga menjelaskan, walaupun alat-alat atau fasilitasnya sudah lama, tetapi tetap mengusahakan secara maksimal demi jalannya pelayanan publik di Kota Metro.

“Kami disini, walaupun dan apapun alasannya karena ini pelayanan publik, tetep kami laksanakan, tetep berjalan, walaupun itu ya segera kami tangani, karena menyangkut biaya tadi, jadi ya kami selalu usahakan semaksimal mungkin bagaimana menanganinya. Karena yang kami olah ini barang lama, dari Tahun 1982, belum pernah diganti, adapun jaringan baru itu untuk wilayah baru,” tegas Harto.

“Jadi secara keseluruhan, jika mengenai anggaran kurang lebihnya kami butuh berkisar lima ratus juta, untuk menangani pembaharuan jaringan, pipa, berikut mesin juga. Karena pada dasarnya dalam tiga bulan sekali pipa itu harus dicuci, agar kotoran yang ada di pipa dapat dibersihkan, sehingga tidak ada air yang kotor ataupun berwarna buram airnya,” urainya.

Irianto, selaku Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Kota Metro, keluhan warga tersebut berakibat dari musim kemarau, sehingga pompa yang dimiliki menjadi kurang berfungsi.

“Kemaren kan masih kemarau, ya kan pompanya masih banyak kurang berfungsi, makanya perlu dibenahin kan, dan juga sekarang lagi diperbaikin jaringan,” ujarnya.

Ia juga mengakui minimnya anggaran PAM, serta mengutarakan keinginannya terhadap PAM, untuk memiliki dana operasional sendiri.

“Selama ini memang PAM itu kan dananya minim, makanya saya minta kedepan itu pam sendiri punya dana operasional sendiri, ikut bergerak ke lapangan, satu hari satu orang itu lima puluh ribu cukup,” ucapnya.

Dirinya menyetujui jika PAM membutuhkan anggaran yang berkisar Rp.500 juta, bahkan lebih.

“Mengenai pam butuh anggaran 500juta ya saya setuju, jangankan Rp.500 juta, kalo saya yang penting se-Metro ini yang bagus,” tuturnya.

“Yang penting kalo mereka ke lapangan itu ada honornya 50ribu per-hari. Akan realisasi di Tahun 2020, jadi mereka punya DPA sendiri, jangan DPA nyampur ke cipta karya. Selama ini kan nyampur ke cipta karya, jadi mau nya dia punya DPA sendiri,” harap Irianto.

Richard

Komentar