Bandar Lampung, (Metropolis.co.id) – Jumlah pasien positif covid19 di Lampung kian hari terus bertambah. Saat ini tercatat total 389 pasien positif, 324 sembuh, dan 14 orang meninggal. Walaupun angka ini terbilang kecil jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia, namun hal ini menimbulkan kekhawatiran di berbagai kalangan.
Pasalnya Lampung merupakan salah satu wilayah yang mengikuti pilkada serentak dengan jumlah pilkada di 8 kab/kota dan dinyatakan terbanyak di daerahnya.
Anggota DPRD Provinsi Lampung, I Made Suarjaya, menyatakan bahwa dirinya masih ragu dengan jumlah data pasien positif covid yang berada di Lampung. Hal itu disebabkan, karena menurutnya Lampung sebagai pintu masuk zona lalu lintas sumatera memiliki resiko yang cukup tinggi dibanding provinsi tetangganya.
“Kalau kita lihat sumsel sudah 4.400-an dan Banten hampir 3.000-an. Bagi saya kurang masuk akal jika data covid di Lampung hanya tercatat 300-an. Saya kira pemeriksaan rapid test kurang masif dilakukan, mengingat Lampung ini banyak wilayah desa. Jadi menurut saya angka aktualnya jauh lebih besar, namun tidak terdeteksi. Nah ini yang bahaya.” Ujar anggota Fraksi Partai Gerindra yang akrab disapa Dewan Cah Angon ini kepada awak media, Senin (31/8)
Cah Angon mengatakan bahwa saat ini masyarakat seolah tidak mengindahkan lagi kondisi pandemi covid 19 yang terjadi, menurutnya semua sektor berjalan seolah keadaan normal, sehingga ini seperti bom waktu yang sangat berbahaya.
“Masih segar di ingatan kita bagaimana banyaknya petugas PPS KPU yang meninggal secara masif ketika pilpres kemarin. Nah, saat ini pandemi semakin parah, namun saya melihat anime masyarakat seolah semua sudah normal. Ini bom waktu, jangan sampai jatuh korban yang besar setelah pilkada karena TPS jadi cluster covid baru.” Imbuhnya dengan tegas.
Dirinya mengkhawatirkan bagaimana keselamatan masyarakat Lampung dengan sistem pemungutan suara di masa pandemi ini yang menurutnya sangat kurang sosialisasi dari KPU.
“Saya lihat KPU ini seolah tidak peduli, tidak ada sosialisasi yang berarti sampai saat ini. Disatu sisi kita berjuang agar angka golput kecil, disisi lain masyarakat khawatir tertular di TPS. Saya harap 3 bulan kedepan, KPU bisa lebih masif melalukan sosialisasi.” Jelasnya.
Ditanya terkait pandangan mengenai masih kurangnya rapid test yang dilakukan bagi masyarakat Lampung. Cah Angon mengatakan bahwa pemerintah masih menggangap seolah masyarakat Lampung hanya yang berada di kota saja.
“Saya ingatkan pemerintah bahwa masyarakat Lampung bukan hanya yang ada di Kota saja. 70% lebih masyarakat kita berada di desa terpencil. Saya sarankan agar pemerintah bisa melakukan sistem penerapan rapid test sampai kepelosok, bekerjasama dengan puskesmas, agar kita dapat data real. Sorry, bagi saya data sekarang tidak masuk akal,” tutupnya
Red
Komentar