Lampung Utara, (IMetropolis.co.id) – Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya dan tradisi yang terdiri dari beragam jenis suku, untuk itu kebudayaan di Indonesia memiliki potensi besar untuk diperkenalkan kepada dunia sebagai negara adidaya dalam bidang kebudayaan.
Pasca pengesahan UU No. 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud menggulirkan sejumlah inisiatif dalam rangka mewujudkan amanat Undang-undang tersebut. Salah satunya adalah Platform Indonesiana.
UU No. 5/2017 menempatkan posisi pemerintah sebagai fasilitator. Dengan kata lain, dalam kacamata Undang-undang tersebut, kebudayaan merupakan entitas yang dinamikanya bergantung pada inisiatif warga.
Dengan demikian, platform Indonesiana adalah model kemitraan antara pemerintah, dalam hal ini pemerintah pusat (yang direpresentasikan oleh inisiatif Kemendikbud) dan pemerintah daerah (yang direpresentasikan oleh pihak dinas bernomenklatur kebudayaan), beserta warga (yang diamanati menjadi pelaksana kegiatan budaya).
Kebudayaan adalah milik warga. Pemerintah sebagai penyelenggara negara, berkedudukan sebagai fasilitor yang memungkinkan kebudayaan milik warga tersebut bisa berkembang dengan baik.
Secara sederhana, fokus pemerintah sejatinya pada tata-kelola dan bukan pada substansi kebudayaan itu sendiri.
Seperti halnya Kabupaten Lampung Utara yang dipercaya mampu menggelar platform indonesiana kebudayaan dengan memperkenalkan sebuah budaya lampung ‘Cangget Bara’ yang dipertunjukkan pada opening festival Indonesiana pada (30/10/2020) Jumat malam kemarin.
Ketua DPD Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia / Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Lampung Arizo Fasha William Abung mengapresiasi kegiatan festival Indonesiana kebudayaan yang diselenggarakan pemerintah daerah Lampung Utara yang merupakan platform kebudayaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
“Dengan diselenggarakan acara tersebut, adat budaya lampung akan dapat lebih dikenal seluruh provinsi yang di Indonesia bahkan dunia,” ungkap Arizo.
Namun, di balik acara yang notabene nya berskala akbar, Arizo sangat menyayangkan bapak bupati selaku kepala daerah dan jajaran pejabat eselon 2 dan 3 tidak hadir selama acara berlangsung, seolah tidak peduli. Padahal acara tersebut acara sekelas kancah nasional dan dihadiri tokoh tokoh pemangku adat dan rombongan perwakilan dari kementerian pendidikan.
“Saya harap mudah mudahan kedepannya pemda lampura akan lebih serius lagi memaksimalkan potensi pariwisata dan budaya yang ada di lampung utara, serta dapat banyak lagi mengadakan kegiatan yang mengangkat pariwisata serta budaya lampung, lalu harus melibatkan stakeholder pariwisata seperti ASITA ,HPI dan teman teman pers, karena ASITA dan kawan kawan media lah yang dapat mempromosikan pariwisata dan mendatangkan wisatawan sehingga output nya akan menghidupkan roda perekonomian daerah dan meningkatkan PAD,” pungkas Arizo.
Deri
Komentar