Oleh: Wirahadikusumah
Saya kagum dengan penyusun APBD Bandarlampung 2021. Terlebih yang menetapkan target Pendapatan Asli Daerah (PAD) di tahun itu. Pasti mereka adalah orang keuangan yang ahli keuangan. Yang memiliki optimisme tinggi.
Meskipun hasil akhirnya, optimisme itu tak sesuai ekspektasi. Sebab, realisasi PAD di tahun itu tak sampai 50 persen. Dari target yang sudah ditetapkan.
Kala itu, PAD 2021 terealisasi Rp564 miliar. Sementara targetnya: Rp1,15 triliun.
Saya tidak tahu, apa penyebab PAD tersebut tak mencapai target. Karena, banyak kemungkinannya. Tentu juga bisa banyak alasannya.
Saya yakin, ada yang mengungkapkan alasannya karena pandemi.
Jika alasannya itu, lantas kenapa menargetkan capaian PAD tinggi?
Kan sudah tahu pandemi. Sudah tahu juga Covid-19 masuk ke Indonesia sejak awal 2020.
Karenanya, wajar saja ada yang menilai, PAD 2021 ditarget tinggi, agar belanja daerah bisa besar.
Sebab, target PAD itu masuk sebagai salah satu item pendapatan pada APBD. Sementara, belanja daerah disesuaikan dengan besaran pendapatan.
Mestinya, saat menyusun APBD 2021, orang keuangan merasionalkan dengan potensi pendapatan. Termasuk potensi capaian PAD.
Namun, saya bersyukur, pada APBD 2022, target PAD diturunkan. Dari 1,15 triliun, menjadi Rp800 miliar.
Bisa jadi, perubahan target PAD itu karena orang keuangan yang merupakan ahli keuangan tersebut sudah sadar: penetapan target harus dirasionalisasi dengan potensi.
Lantas, siapa yang saya maksud dengan orang keuangan itu?
Tentu bukan tim anggaran pemerintah daerah (TAPD) pemkot saja. Karena, dalam menetapkan target PAD pada APBD, harus ada kesepakatan dari DPRD juga.
Sehingga, saya memandang, PAD 2021 tak tercapai, bukan semata-mata salah pemkot. Ada andil DPRD Bandarlampung juga. Termasuk badan anggaran DPRD.
Tetapi, dengan penurunan target PAD di tahun 2022, bisa jadi penyebabnya karena orang keuangan yang ahli keuangan itu, kini juga sudah memiliki sikap keuangan.
Terkait ahli dan sikap keuangan ini, pemahamannya saya dapatkan dari Abah Dahlan Iskan (DIS).
Abah DIS pernah menjelaskan, orang keuangan yang ahli keuangan, belum tentu punya watak keuangan. Sebaliknya, belum tentu yang punya sikap keuangan, adalah ahli keuangan.
Yang terbaik adalah, ahli keuangan yang punya sikap keuangan.
Ahli keuangan yang menyusun APBD 2021 Bandarlampung itu hebat. Bisa menargetkan pendapatan, termasuk PAD, sebesar yang dimaunya. Agar belanja daerah juga bisa besar.
Tetapi, ahli keuangan yang punya sikap keuangan, pasti akan menolak menetapkan pendapatan semaunya. Tidak akan asal-asalan menetapkan target.
Sebab, imbasnya terhadap kondisi APBD. Yang selanjutnya akan berimplikasi ke masyarakat.
Untuk itu, penyusun APBD Bandarlampung, tidak boleh hanya seorang yang ahli keuangan saja. Tetapi juga wajib memiliki sikap keuangan.
Tentu harapannya agar kondisi keuangan Bandarlampung menjadi lebih baik.
Penulis Wirahadikusumah adalah ketua PWI Lampung yang juga merupakan wartawan penyandang Kompetensi Utama PWI.
Komentar