Sumatera Barat, (Metropolis.co.id) – Wakil Gubernur Sumbar Audy Joinaldy optimis Sumatera Barat bisa menjadi produsen utama madu trigona (Galo-galo) di Indonesia. Ia memastikan bahwa program bantuan budidaya lebah madu galo-galo yang intensif digulirkan dalam dua tahun terakhir, akan terus dilanjutkan karena terbukti memberikan hasil bagi para petani hutan dan kelompok perhutanan sosial di Sumbar.
“Bukan sesuatu yang mustahil menjadikan Sumbar sebagi produsen utama lebah madu galo-galo di Indonesia,” ujar Wagub pada penutupan Sekolah Lapang Budidaya Lebah Madu dan Perbanyakan Koloni di Padang Pariaman, Jum’at (17/03/2023).
Wagub Audy menyampaikan, saat ini Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi yang paling agresif dalam pembudidayaan lebah madu Galo-Galo. Program pengembangan budidaya Lebah Madu Galo-galo ini juga terus dilakukan secara berkelanjutan. Bukan hanya membagikan bantuan berupa stup lebah madu, tapi diiringi dengan pelatihan budidaya dan pengembangan hilirisasi produk.
“Terbukti Kelompok Tani Hutan mampu mengembangkan sendiri usaha budidaya Lebah Madu Galo-galo. Meningkat dari hanya memanen madu, hingga mampu melakukan perbanyakan koloni, bahkan hilirisasi produk hasil budidaya,” terangnya.
Dikatakan Wagub, dampak nyata pergerakan ekonomi masyarakat petani hutan yang dihasilkan dari program budidaya Lebah Madu Galo-galo ini sudah mulai terasa. Dengan harga per liter saat ini berkisar antara Rp. 800 ribu hingga satu juta rupiah, budidaya Lebah Madu Galo-galo ini menurutnya terbukti menggerakkan ekonomi secara riil.
Mendukung pernyataan Wagub, Kepala Dinas Kehutanan Sumbar Yozawardi menerangkan, berdasarkan rilis BPS, budidaya Lebah Madu Galo-galo berhasil mendorong peningkatan pendapatan petani hutan hingga 11 persen pada tahun 2022.
Tak hanya itu, Dinas Kehutanan mencatat dukungan stup Lebah Madu Galo-Galo yang diserahkan setiap tahunnya juga selalu meningkat. Dimulai dengan penyerahan total bantuan sebanyak 2300 stup di tahun 2021, pada tahun 2022 distribusi bantuan stup lebah madu meningkat hingga 3500 stup.
“Harus kita apresiasi, Bantuan stup dapat terus meningkat karena Kelompok Tani Hutan (KTH) dan perhutanan sosial yang aktif,” ujarnya.
Salah satu contohnya, dibuktikan KTH Tabek Tanduak, Kabupaten Limapuluh Kota. Asnah, anggota KTH Tabek Tanduak menuturkan, mengawali budidaya dari satu stup lebah madu Galo-galo pada tahun 2019, kini pihaknya sudah berkembang hingga memiliki produk turunan, seperti sabun dari madu, jus madu, dan kapsul bee polen.
“Harapan kami, usaha madu trigona di Sumbar bisa jadi komoditi unggulan dan menjadi produsen madu terdepan di Indonesia,” kata Asnah.
ADPSB
Komentar