Palangka Raya, (Metropolis.co.id) – Meski baru dua minggu memasuki musim kemarau di Provinsi Kalteng, warga di pinggiran Sungai Kahayan kekurangan air bersih untuk keperluan sehari-hari.
Beberapa warga yang ditemui di lapangan, Minggu (7/8) menceritakan, sungai yang menjadi sumber air, debit airnya semakin berkurang akibat kemarau. Selain itu, air sungai sudah tercemar merkurium yang dibuang para penambang emas tanpa izin (PETI) yang beroperasi di bantaran sungai.
Dari pantauan Media, warga di sekitar bantaran Sungai Kahayan, Kota Palangkaraya seperti di Jalan Kalimantan bawah, dan sekitar dermaga pelabuhan Rambang mengeluhkan sulitnya mendapatkan air bersih bagi keperluan sehari-hari.
Menurut Alisah, 44, seorang ibu rumah tangga yang bertempat tinggal dibantaran sungai Kahayan mengungkapkan, untuk mendapatkan air bersih sangat sulit. “Biasanya saat air dalam, kami tinggal ambil di belakang rumah saja. Sekarang, air sungai makin surut, dan kotor. Kami kesulitan memasak, mencuci, dan lain-lain kebutuhan sehari-hari.”
Hal senada diungkapkan Madian, 44. Ia mengaku tidak berlangganan air dari Perusahaan daerah Air Minum (PDAM) Palangkaraya, karena rumah kami di atas lanting (rumah di atas rakit kayu yang ditambatkan di pinggir sungai).
“Untuk keperluan sehari-hari, termasuk mimum, terpaksa kami beli air bersih dari pedagang eceran,” kata pria yang berprofesi sebagai pencari karet di hutan itu.
Madian berharap agar pemerintah daerah memerhatikan kehidupan mereka, terutama untuk pengadaan air bersih. “Kami was-was menggunakan air sungai karena warnanya sudah keruh oleh pembuangan limbah para pencari emas di sungai.”
Ketua Komisi D DPRD Kalteng Rinco Norkim membenarkan terjadinya kekurangan air bersih warga di pinggiran sungai itu. Kepada Media yang menghubunginya Minggu, di Palangkaraya, dia mengungkapkan, terdapat ribuan warga di seluruh pinggiran sungai di Kalteng yang sangat membutuhkan air bersih untuk keperluan sehari hari, untuk memasak dan minum. “Saat ini seluruh aliran sungai di Kalteng berdasarkan hasil pemeriksaan Pemprov kalteng bekerjasama dengan Balai Pemeriksa Obat dan Makanan (POM) Pusat serta Dinas Kesehatan Kalteng, telah terbukti air sungai di Kalteng sudah tercemar merkurium karena maraknya aktifitas PETI.”
Sayangnya, Rinco melihat pihak pemerintah provinsi tidak tanggap dalam menyikapi problem masyarakat. Padahal, kata Ketua Partai Amanat Nasional (PAN)
Kalteng ini,untuk membantu masyarakat itu, DPRD kalteng sudah mengusulkan dana dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD ) Kalteng 2005 Rp1 miliar. Dana sebesar itu untuk pembuatan sarana air bersih. Ternyata pihak Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kalteng, kata dia, usulan dana itu dicoret. “Setelah diberi pengertian, proyek air bersih itu sangat diperlukan masyarakat, baru dianggarkan Rp250 juta.”
Pokja AMPL
Komentar