Lampung Selatan, (Metropolis.co.id) – Bagi penggemar citarasa kopi robusta mungkin tak asing lagi dengan sebutan nama Kopi WC, kopi asal Kalianda Lampung selatan ini ternyata sudah berdiri sejak tahun 1990 dengan mempertahankan gaya racikan sangrai tradisional.
Menurut pemilik Kopi WC, bapak Rahmat. Kopi racikanya merupakan generasi kedua setelah pendiri pertama yakni orang tuanya yang bernama bapak Alm Kasuri.
“Saya generasi kedua setelah bapak, Berdirinya itu sekitar tahun 1990 lalu, kalau ciri khas rasa kita agak soft (arabika),” kata Rahmat saat disambangi ke kiosnya.
Sejak menggantikan ayahnya, hingga kini Rahmat terus mempertahankan cara tradisional pendahulunya yakni cara penggilingan dan sangrai/roasting tradisional untuk mendapatkan cita rasa terbaik.
“Kita giling, di sangrai sendiri manual pake kayu bakar,” ucapnya.
Saat ditanya asal usul nama Kopi WC, Rahmat selaku pemilik usaha mengatakan bahwa nama brand itu muncul dari konsumen/pembeli sendiri, meraka sering menyebut kopi yang ada didekat WC di pasar Inpres kalianda, Lampung Selatan.
“Nama Kopi WC itu dari Pembeli mas, karena dari awal sejak berdiri kita polosan (Gak Pakai Merk), sampai hits seperti sekarang ini ya tetap nama sebutanya kopi WC, tapi di kemasan kita tetap polosan,” ungkap rahmad pada Metropolis.co.id.
Soal bahan baku kopi, Rahmat menyebut bahwa semua bahan baku kopi racikanya bersumber dari kopi petikan warga kawasan belerang dan sekitaran kaki gunung rajabasa, Kalianda Lampung Selatan.
“Semua bahan baku kopi robusta kita ini 90 persen dari petikan perkebunan warga sekitar domisili kita, yakni perkebunan kopi dibawah kaki gunung Rajabasa, sesekali bila stok kurang dan pesanan banyak kita ambil dari Lampung Timur,” sebutnya.
Citarasa Kopi WC yang digemari masyarakat ini ternyata membawa dampak keluarga Rahmat menjadi lebih baik, bahkan hingga kini ia telah berhasil mengkaryakan sekitar 10 orang pegawai untuk membantu proses produksi.
Mengenai harga dan penjualan, rahmat mengatakan hingga kini belum memiliki cabang. Hal itu dimaksudkan untuk mempertahankan rasa, kemudian soal penjualan juga demikian dirinya tidak menjual secara online kalaupun ada itu mungkin konsumen tapi tidak dari pabriknya.
“Soal harga kita umum saja per kemasan 1 kilogram itu saat ini Rp.60 ribu, kita ada kemasan setengah kilo, seperempat kilo dan kemasan plastik kecil dua ons, kita belum punya cabang, penjualan juga datang langsung kesini, dekat WC pasar inpres kalianda, Lampung selatan,” demikian Rahmat.
M Rizki/Poet
Komentar