Jakarta, (Metropolis.co.id) – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bersiap mengantongi vaksin tuberkulosis baru untuk Indonesia. Tak berhenti di vaksin besutan GlaxoSmithKline (GSK), rencananya bakal ada pendekatan dengan perusahaan vaksin BioNTech yang berbasis di Jerman.
Seperti diketahui, BioNTech mengembangkan beragam vaksin dengan teknologi baru mRNA, serupa dengan vaksin Pfizer yang dulu banjir peminat lantaran efikasinya diklaim mencapai lebih dari 90 persen.
Dalam agenda ‘Launch of the Coalition Leaders Against TB’ di New York, yang digelar di sela United Nations General Assembly (UNGA), Budi membeberkan rencana penjajakan kerja sama dengan BioNTech.
“Kami juga bekerja sama dengan BioNTech, perusahaan yang membuat vaksin mRNA untuk COVID-19 di Jerman, saat ini melakukan uji klinis fisik tingkat satu untuk vaksin tuberkulosis berdasarkan teknologi mRNA,” beber Budi, Selasa (19/9/2023).
“Minggu depan, tim saya akan pergi ke Jerman untuk berbicara dengan BioNTech untuk melaksanakan inisiatif ini,” sambung dia.
PDKT ke China
Bukan cuma Jerman, pria yang akrab disapa BGS ini juga ‘PDKT’ alias mendekati China dan sudah melakukan kerja sama pengembangan vaksin tuberkulosis baru. Rencananya, uji klinik di China dan Indonesia akan segera dilakukan.
Belum diketahui persisnya perusahaan mana yang dimaksud untuk bekerja sama.
“Inisiatif lain, kami bekerja sama dengan perusahaan biologi asal China untuk mengembangkan vaksin dan kami telah menandatangani perjanjian dengan mereka untuk melakukan uji coba klinik fase 1 di China, di Indonesia,” lanjut Budi.
Bukan tanpa sebab, alasan Menkes mencari vaksin TB varu lantaran efektivitas vaksin sebelumnya disebut amat rendah. Indonesia masih menggunakan vaksin BCG yang biasa direkomendasikan sejak usia neonatus dan dapat diberikan pada anak lebih dari 2 bulan.
“Kami menyadari bahwa kami memiliki vaksin, tetapi efektivitasnya sangat rendah dan itulah mengapa Indonesia sangat percaya bahwa kami harus mendorongnya,” bebernya.
“Meskipun kami memahami kemungkinan besar vaksin ini akan tersedia, tidak pada masa saya, menjabat Menteri Kesehatan ya. Karena membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menuju ke arah sana,” pungkasnya.
detik
Komentar