Beirut, (Metropolis.co.id) – Seorang pejabat Hamas pada Ahad (17/12/2023) mengatakan pembahasan mengenai kesepakatan pertukaran sandera-tahanan lainnya dengan Tel Aviv tidak akan terjadi hingga tentara Israel mundur dari Jalur Gaza dan menerapkan gencatan senjata permanen.
Khalil Al-Haye, perwakilan Hamas di Lebanon, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa mereka akan melanjutkan perlawanan mereka terhadap Israel di wilayah kantung tersebut.
Dia menekankan perlunya gencatan senjata komprehensif dan penarikan mundur sepenuhnya pasukan Israel dari Gaza sebelum menyelesaikan isu sandera dan tahanan.
Serangan udara dan darat Israel di Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober telah menewaskan lebih dari 18.700 rakyat Palestina, yang sebagian besarnya adalah wanita dan anak-anak, serta melukai banyak lainnya.
Perang telah menyebabkan Gaza hancur dan setengah dari perumahan di wilayah pesisir tersebut rusak atau hancur, dan hampir 2 juta penduduk mengungsi di daerah kantong padat penduduk tersebut di tengah kekurangan makanan dan air bersih.
Dari sekitar 240 orang yang disandera Hamas saat serangan lebih dari dua bulan lalu, sekitar 130 orang masih ditahan setelah yang lain dikembalikan dalam gencatan senjata sementara bulan lalu.
Tentara Israel juga menembak dan menewaskan tiga sandera Israel di Gaza utara setelah salah mengidentifikasi mereka sebagai ancaman, menurut juru bicara militer.
Menanggapi ungkapan “hari setelahnya,” yang banyak digunakan kalangan Israel untuk menunjukkan skenario pasca-perang Gaza dan pasca-Hamas, Al-Haye berkata, “Kemenangan kami adalah hari setelahnya di Gaza. Siapa pun yang memikirkan apa yang terjadi setelah Hamas, mereka sedang melamun. Kami tidak akan menahan diri untuk membela rakyat kami sampai situs dan tanah suci kami dibebaskan.”
Al-Haye menekankan bahwa Gaza, Tepi Barat, dan seluruh Palestina adalah satu, dan hanya rakyatlah yang akan memutuskan pemerintahan mereka. “Masa depan Gaza berkaitan dengan masa depan Yerusalem dan seluruh Palestina, dan kami ada bagian dari rakyat kami.”
Dia juga menekankan perlunya ratusan truk bantuan ke Gaza setiap hari, mendesak negara-negara Arab dan Islam untuk memberikan tekanan untuk pengiriman bantuan kemanusiaan. “Pendudukan Israel menyerang Gaza dengan dua senjata: bom dan kelaparan,” tambahnya.
Republika
Komentar