12 Program Prioritas yang Diharapkan Mahasiswa dari Capres-Cawapres

Politik702 Dilihat

Jakarta, (Metropolis.co.id) – Praxis Indonesia mengeluarkan data survei terkait 12 program prioritas yang diharapkan mahasiswa dari Capres-Cawapres masa depan. Data ini didapat melalui survei menggunakan metode campuran kuantitatif dan kualitatif.

Pada metode kuantitatif, survei diikuti oleh 1.101 mahasiswa berusia 16-25 tahun yang tersebar dari 34 provinsi pada periode 1-8 Januari 2024. Sedangkan kualitatif, dilakukan melalui Focus Group Discussion (FGD) pada 15 Januari 2024 bersama empat akademisi serta perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa-Keluarga Mahasiswa (BEM/KM).

Perwakilan dipilih dari kampus-kampus yang merepresentasikan seluruh Indonesia, seperti Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Universitas Mulawarman, dan Universitas Nusa Cendana.

Dari seluruh responden, 69,53% mahasiswa menjawab pembangunan ekonomi dan penanggulangan kemiskinan menjadi program prioritas yang harus dimiliki Capres-Cawapres dalam Pemilu 2024. Sedangkan di tingkat terakhir, program pengawasan kinerja eksekutif mendapat angka 9,99%.

Untuk itu, berikut data selengkapnya terkait 12 program prioritas yang diharapkan mahasiswa dimiliki Capres-Cawapres.

12 Program Prioritas Capres-Cawapres

  1. Pembangunan ekonomi dan penanggulangan kemiskinan: 69,53%
  2. Penanganan korupsi dan tata kelola pemerintahan: 68,63%
  3. Pendidikan dan pengembangan tenaga kerja: 63,54%
  4. Perwujudan hak asasi manusia dan keadilan sosial: 53,75%
  5. Kesehatan dan kesehatan masyarakat: 47,05%
  6. Pembangunan infrastruktur, meliputi transportasi dan energi: 43,86%
  7. Pelestarian lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam: 42,56%
  8. Keamanan dan pertahanan nasional: 31,97%
  9. Perwakilan suara rakyat: 31,07%
  10. Pembuatan hukum dan kebijakan publik: 26,97%
  11. Penentuan pembiayaan untuk program pemerintah: 10,89%
  12. Pengawasan kinerja eksekutif: 9,99%

Mahasiswa Khawatirkan Isu Individual
Berdasarkan data tersebut, Praxis Indonesia menemukan bila anak muda cenderung mengkhawatirkan isu-isu individual seperti ketersediaan lapangan kerja, hunian di masa depan, serta faktor pendapatan ekonomi. Hal tersebut juga disinggung Dosen Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM, Arga Pribadi Imawan.

Merefleksikan debat Cawapres yang dilaksanakan, Minggu (21/1/2024) malam dijelaskan bila pembangunan ekonomi dan kemiskinan selalu berhubungan dengan penyerapan tenaga kerja.

Sehingga bila melihat data tersebut, Arga juga menyatakan bila anak muda mencari calon yang bisa menyelesaikan risiko terkait masa depan dirinya sendiri.

“Terlepas dari Gibran yang melakukan gimik politik atau serangan personal, ada satu poin yang membuat elektabilitasnya tetap stabil. Salah satunya adalah pengangkatan isu penyerapan tenaga kerja dan hal tersebut menjadi solusi risiko masa depan anak muda,” ungkapnya dalam acara Konferensi Pers: #PraxiSurvey Kaji Aspirasi dan Preferensi Mahasiswa pada Pemilu 2024 di Hotel Sotis Kemang, Jakarta Selatan, Senin (22/1/2024).

Hasil survei ini menurutnya sangat menarik untuk mengetahui ternyata anak muda cenderung memiliki kekhawatiran pada diri sendiri bukan pada lembaga atau negara.

Tingkat pengangguran yang masih tinggi juga membuat pemilih muda melihat pemimpin yang mampu menciptakan peluang pekerjaan baru sebagai pilihan yang menjanjikan.

Kekhawatiran Mahasiswa Wajar

Dalam forum yang sama, Content Creator dan Co-Founder Malaka Project, Ferry Irwandi menyatakan faktor kekhawatiran mahasiswa terhadap kehidupannya di masa depan adalah sebuah hal yang wajar. Namun, menurutnya mahasiswa juga harus paham terkait dasar-dasar ekonomi dan pertumbuhan ekonomi negara.

“Kita harus paham negara ekonomi itu seperti apa sekarang, kondisi ekonomi global, masalah supply chain, dan logistik bagaimana. Perang Rusia-Ukraina, Timur Tengah, hingga China apa yang terjadi sama mereka kan mempengaruhi supply chain sehingga biaya logistik lebih mahal” tuturnya.

Baginya, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai angka 4,9% menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) di triwulan III tahun 2023 bukan hal yang buruk. Terlebih kondisi dunia sedang tidak baik-baik saja.

“Dalam kondisi seperti ini, banyak negara yang jauh lebih struggling, contohnya Argentina. Sehingga memang kemungkinan kita untuk maju secara ekonomi itu jauh lebih besar dibanding negara lain terutama kita punya bonus demografi di mana angkatan kerja kita sangat produktif,” tambah Ferry.

Sehingga Ferry menyatakan mahasiswa sebagai pemilih muda bisa mengenali program Capres-Cawapres lebih jauh termasuk iklim politiknya, sehingga bias yang timbul bisa teratasi.

Dengan pemahaman yang lebih baik pula, pemilih muda dapat berperan aktif dalam memiliki pemimpin dan kebijakan yang dapat merangkul keberlanjutan ekonomi hingga lingkungan dan sumber daya alam.

detik

Komentar