Pringsewu, (Metropolis.co.id) – PJ Bupati Pringsewu Marindo Kurniawan terus melakukan kunjungan ke berbagai wilayah.
Setelah sebelumnya melaksanakan safari ramadhan di sembilan kecamatan, kali ini Marindo bersilaturahmi sekaligus sholat Jumat bersama jamaah Masjid KH Ghalib Pringsewu Barat pada Jumat 26 April.
Sebelum melaksanakan sholat Jum’at, orang nomor satu di Kabupaten Pringsewu itu mengucapkan minal aidin walfaizin kepada segenap jamaah masjid setempat.
“Saya baru dua bulan menjadi PJ Bupati Pringsewu maka mohon dukungan kepada seluruh masyarakat Pringsewu dalam rangka pelaksanaan tugas saya,” kata Marindo.
Selain itu, Kepala BPKAD Provinsi Lampung ini juga Ingin menjalin silaturahmi dengan semua warga Pringsewu sembari mendengarkan masukan masukan dari warga.
“Yang selanjutnya masukan-masukan itu bisa dilaksanakan dalam program pembangunan selanjutnya,” imbuh Marindo.
Masjid Jami KH Ghalib di Pringsewu Barat, Kabupaten Pringsewu, menjadi salah satu saksi perjuangan umat Islam di era penjajahan. Dibangun tahun 1932, masjid ini menjadi masjid tertua kedua di Kabupaten Pringsewu.
Sebelum KH Ghalib membangun masjid jami ini ia juga membangun Masjid di daerah Fajarisuk dan sekarang menjadi Pekon Fajar Agung Kecamatan Pringsewu.
Seperti masjid pada umumnya, di masjid ini ada tempat pemukulan beduk dan mimbar. Ada juga jam peninggalan masa KH Ghalib saat masih berjuang melawan penjajah.
KH Ghalib merupakan tokoh ini dilahirkan tahun 1899 di Kampung Modjosantren, Krian, Jawa Timur. Dengan semangat jihad terus memimpin pertempuran untuk mengusir penjajah.
KH Ghalib membentuk pasukan jihad yang diambil dari anak-anak didiknya untuk menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dan BKR (Badan Keamanan Rakyat). Mereka berlatih cara berperang dan diajar oleh Mayor Inf. Herni, Mayor Inf. Mulkan, KH Ghalib, dan Mayor Inf. Nurdin.
Di sisi lain, Belanda sangat bernafsu menghabisi KH Ghalib. Imbasnya, KH Ghalib terpaksa hidup berpindah-pindah dan tinggal di hutan. Saat hendak kembali ke Pringsewu, KH Ghalib disergap, lalu ditahan. KH Ghalib gugur pada 6 November 1949, saat meninggalkan penjara tempatnya ditahan. Saat 10 meter melangkah dari penjara, KH Ghalib ditembak dari belakang.
Tim
Komentar