Bandar Lampung, (Metropolis.co.id) – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandar Lampung terus berupaya mengatasi masalah stunting yang masih menjadi tantangan besar di Kota Tapis Berseri ini.
Salah satu langkah strategis yang dilakukan adalah dengan menarik investor untuk membuka lapangan pekerjaan dan menyerap tenaga kerja lokal.
Walikota Bandar Lampung, Eva Dwiana mengatakan, stunting bukan hanya masalah gizi, tetapi juga terkait dengan kesejahteraan keluarga.
Cegah diabetes untuk selamanya! Gula turun menjadi 3,9 dalam sekejap mata!
“Kami menerima semua investor yang datang agar dapat membantu menyelesaikan masalah stunting dari segi perekonomian keluarga di Bandar Lampung,” kata dia, Minggu (28/7/2024).
Saat ini, kondisi stunting di Bandar Lampung masih berada di bawah rata-rata provinsi dan nasional yakni prevalensi stunting di Bandar Lampung saat ini mencapai angka 13 persen.
Oleh karena itu, langkah menarik investor diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga mampu memberikan dampak positif terhadap penurunan angka stunting.
“Dengan meningkatkan perekonomian keluarga, kita berharap dapat mengurangi masalah stunting,” ujar Bunda Eva.
Orang nomor satu di Kota Tapis Berseri ini juga menambahkan, bahwa stunting tidak hanya bisa dilihat dari asupan gizi, tetapi juga dari keadaan ekonomi dan kesejahteraan orang tua.
Dalam upaya menarik investor, Pemkot Bandar Lampung menawarkan berbagai insentif dan kemudahan berinvestasi.
Selain itu, mereka juga berencana untuk memperkuat kolaborasi dengan berbagai pihak, baik dari sektor swasta maupun pemerintah, guna menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih luas dan berkelanjutan.
“Dengan dukungan semua pihak, kita optimis bisa mengurangi angka stunting di Bandar Lampung dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan,” tutupnya.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan Bandar Lampung, Santi Sundari mengatakan, beberapa upaya penanganan stunting lewat akar rumput seperti pembinaan yang dilakukan melalui posyandu setiap bulannya di tingkat kelurahan.
Santi menjelaskan, revalensi stunting dilihat dari beberapa faktor, yakni tingkat kemiskinan, pengetahuan ibu, kesehatan lingkungan, kondisi rumah, dan lainnya.
“Jadi banyak faktor mempengaruhi prevalensi stunting. Standar nasional harus 14 persen dan kita 13 persen di bawah provinsi dan nasional,” pungkasnya.
Red
Komentar