PT Juang Jaya Berulang Cemari Lingkungan, Pimpinan DPRD Lamsel Beri Warning

Politik386 Dilihat

Lampung (Metropolis) – Dugaan pencemaran lingkungan oleh peternakan sapi potong (Cattle Freedlot) PT Juang Jaya Abdi Alam ternyata bukan kali ini saja terjadi.

Warga Desa Kota Dalam, Sidomulyo, Lampung Selatan sejak lama menghirup udara yang kurang sehat dan lalat menjadi pemandangan setiap hari.

Pasca dikeluhkan warga, perusahaan penggemukan sapi asal Australia ini pun hanya memberikan obat anti lalat sekadarnya saja.

Namun saat ini keluhan warga bukan hanya lalat, diduga kuat sungai di sepanjang Jembatan Way Bungur, Jalan Lintas Sumatera KM 40, Desa Kota Dalam, Sidomulyo, Lampung Selatan yang melintasi rumah warga tidak bisa dimanfaatkan kembali karena bau dan berwarna hitam.

Tak hanya itu, bau busuk kotoran sapi menjadi hal yang biasa dihirup warga yang rumahnya berdekatan dengan pabrik.

Wakil Ketua 1 DPRD Lampung Selatan, Agus Sartono mengaku, keluhan warga ihwal PT Juang Jaya bukan kali ini terjadi.

“Waktu itu lalat yang dikeluhkan warga. Kemudian perusahaan menindaklanjuti ngasih obat biar enggak ada lalat. Tapi sifatnya sementara,” kata Agus, Kamis (15/8).

Politisi PAN ini minta agar Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Lampung Selatan turun ke lokasi mengecek dugaan pencemaran lingkungan oleh perusahaan tersebut. Juga me-warning agar perusahaan memberikan dampak baik bagi lingkungan sekitar.

“Yang pasti saya minta DLH turun. Perusahaan PT Juang Jaya harus memperhatikan kesehatan jangan diam. Harus ditindaklanjuti,” ucapnya.

Wartawan menyambangi perusahaan peternakan sapi potong, diarahkan menuju pos penjagaan, menurut petugas keamanan, cukup sulit wartawan untuk bertemu bagian Humas atau para penting perusahaan. “Paling enggak ditelpon, apa buat surat dulu, ” kata dia.

Ia mengatakan, perusahaan ini milik warga Australia, dengan luas lahan lebih 200 hektare dengan kapasitas sapi sekitar 7000 ekor.

“Ya ini perusahaan penggemukan sapi,” ucap sembari mencegah wartawan masuk ke lokasi karena alasan prosedur.

Kata dia, setiap hari kotoran sapi dikeluarkan agar tidak bau bahkan dilakukan penyemprotan dari perusahaan. Kotoran sapi dijual ke petani untuk pupuk. “Sampe keluar kota juga dijualnya,” imbuhnya.

Red

Komentar