“Makassar Mendunia” Karya Dosen UIN RIL Dibedah di Universitas Airlangga

Kabar Kampus27 Dilihat

Bandar Lampung, Metropolis – Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung (RIL) Dr. Abd Rahman Hamid, menjadi narasumber utama dalam kegiatan Bedah Buku yang digelar secara daring oleh Himpunan Mahasiswa Departemen Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga (UNAIR).

Diskusi ini membahas karya terbaru Dr. Abd Rahman Hamid berjudul “Makassar Mendunia: Entrepot Rempah dalam Jaringan Maritim Nusantara Abad XVI–XVII” yang ditulis bersama Rifal dan diterbitkan oleh Pustaka Larasan pada Agustus 2025. Buku setebal 222 halaman itu merupakan hasil riset panjang tentang peran strategis Makassar dalam jejaring perdagangan rempah Nusantara.

Kegiatan ini menjadi seri kelima dari rangkaian bedah buku karya Dr. Abd Rahman Hamid setelah sebelumnya diadakan di Universitas Indonesia, Universitas Hasanuddin, UIN Alauddin Makassar, dan Universitas Negeri Makassar. Berbeda dari empat sesi sebelumnya yang digelar secara luring, bedah buku di UNAIR ini dilakukan secara daring dan diikuti oleh mahasiswa, dosen, serta pemerhati sejarah dari berbagai daerah di Indonesia.

Dalam pemaparannya, (15/10/2025), Dr. Abd Rahman menjelaskan bahwa buku tersebut menyoroti bagaimana faktor geostrategis dan sejarah membentuk jaringan maritim Makassar pada abad ke-15 hingga ke-17.

“Kami ingin menunjukkan bagaimana pelabuhan Makassar tumbuh menjadi entrepot rempah Nusantara dan menjadikannya kota dunia pada masa itu,” ujarnya.

Ketua Program Studi (Prodi) Sejarah Peradaban Islam (SPI) UIN RIL ini juga menjelaskan bahwa buku ini menggunakan pendekatan struktural ala Fernand Braudel, dengan menjadikan pelabuhan sebagai titik awal pembentukan jaringan maritim. Analisis tersebut diperkuat oleh konsep Leong Sau Heng tentang klasifikasi pelabuhan feeder points, collecting centres, dan entrepôts di mana Makassar diposisikan sebagai pelabuhan utama (entrepot) dalam distribusi rempah ke berbagai kawasan.

Dr. Abd Rahman turut menekankan pentingnya sumber-sumber lokal seperti Lontar Raja Gowa dan Tallok, Sejarah Kerajaan Tallo, dan Hukum Laut Amanna Gappa. Ia menyebut sosok Karaeng Pattingaloang sebagai simbol semangat keilmuan yang tumbuh pesat di Makassar pada masa kejayaannya.

Sebagai pembahas, dosen Departemen Ilmu Sejarah FIB UNAIR, Dr. La Ode Rabani, memberikan apresiasi atas kontribusi karya tersebut terhadap historiografi maritim Indonesia.

“Buku ini menunjukkan bagaimana penelitian sejarah maritim bisa dikemas menarik tanpa kehilangan kedalaman analisis,” ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa karya ini membuka ruang baru dalam memahami hubungan antara Makassar dan dunia. “Pertanyaannya menarik: apakah dunia hadir di Makassar, atau justru Makassar yang memengaruhi dunia?” katanya.
Selain mengulas temuan utama, Dr. Abd Rahman juga menyoroti dinamika geopolitik abad ke-17, khususnya perebutan jalur rempah yang melibatkan kekuatan asing.

“Keberhasilan Makassar sebagai pelabuhan bebas justru memicu ambisi Belanda, yang berujung pada perang 1666–1669 dan berakhir dengan jatuhnya kedaulatan maritim Makassar,” jelasnya.

Diskusi yang berlangsung hangat ini diikuti dengan antusias oleh peserta dari berbagai kampus. Mereka menyoroti relevansi penelitian sejarah maritim dengan isu kontemporer seperti perdagangan global dan konektivitas laut modern.

Kegiatan tersebut tidak hanya memperkaya khazanah kajian sejarah maritim Nusantara, tetapi juga memperkuat jejaring akademik antar-perguruan tinggi di Indonesia.
HMS UIN

Komentar