Wasit Tinju PON Roike Biang Kerok, M Nigara: Pidana, diyakini ada Permainan Cis!

Sport1219 Dilihat

Bandar Lampung, (Metropolis) – Pengamat Tinju dan wartawan olahraga senior Mahfudin Nigara menilai ada sebuah kesalahan fatal pada keputusan wasit dan juri yang bertugas memimpin dan menilai pertandingan tinju Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh Sumut, pada partai Rusdianto Suku (Lampung) dan Joshua Vargas (Sumut).

Dengan tegas M Nigara yang juga menyaksikan langsung pertandingan tersebut lewat siaran live streaming mengatakan sewajarnya petinju Lampung menang dengan nilai 30-27.

Dalam percakapan WhatsApp dengan Amalsyah Ketua Harian KONI Lampung, M Nigara memerinci apa yang seharusnya diputuskan tim hakim dan wasit yang bertugas.

“Wasit Royke Waney ini yg bikin ricuh PON Papua 2021 waktu Pertandingan Final Jateng Vs Papua,” tulis M Nigara.

M Nigara heran wasit yang memimpin pertandingan ini pada PON Papua dengan keputusannya yang kontroversial kok masih dipakai.

“Harusnya dihukum bila memungkinkan di pidana karena jika diyakini ada permainan cis,” tambahnya.

Dengan percakapan dan penilaian ini M Nigara memberikan ulasannya tentang penilaian wasit yang dinilai tidak wajar.
Menurutnya kemenangan ada dipihak Lampung, karena beberapa kontroversi, jadi keputusannya berbalik.

Menurut Mahfuddin, yang menganalisa penilai wasit dan hakim pada ronde pertama dengan nilai 10-8, ronde kedua dan ketiga 10-10.

“Jika formasi penilaiannya seperti itu, dianggap draw meskipun petinju Sumut jelas dua kali jatuh dan sempat sekali dihitung. Namun untuk tindakan membuang-buang waktu dengan membuang gumshield, seharus dikurangi nilainya 1. Dengan begitu, Lampung menang dengan 30-27.” terang M Nigara kepada Ketua Harian KONI Lampung.
Tampil wajar saja.

Sementara Amalsyah mengatakan bahwa penilaian yang jujur seperti itu seharusnya dikedepankan. Oleh karena olahraga adalah sportivitas nyawanya.

“Kalau sudah tidak sportif, lalu apalagi yang diharapkan dari olahraga ini. Tiga petinju Lampung kalah dalam sehari, dengan berbagai kontroversinya, ini merupakan ujian berat bagi kontingen Lampung”

“Tetapi kita masih punya Nabila Maharani yang Senin esok bertanding, dan diharapkan menjadi satu potensi medali emas.” Kata Amalsyah via selulernya, Minggu 15 September 2024.

Amalsyah mengingatkan kontingen tinju Lampung agar bersabar dan sementara ini melupakan kontroversi tersebut, dan langsung fokus pada partai Nabila besok.

“Nabila bermain wajar saja sesuai dengan pola bermainnya dan tidak terpengaruh situasinya saat ini. Nabila harus mampu memberikan penampilan terbaiknya. Penilaian serahkan pada juri dan hakim. Jangan berfikir soal wasit dan hakim. Main yang terbaik,” tambahnya.

Jual Beli

Sementara komentar keras juga datang dari tim monitoring tinju Lampung Edi Purnomo yang hadir langsung di venue pertandingan tinju. Dia prihatin dengan situasi perwasitan tinju sekarang ini.

“Saya cenderung emosiaonal melihat tiga petinju kita dicurangi dengan berbagai cara seperti ini. Kalau soal kalah menang itu biasa dalam pertandingan, namun kalah karena dicurangi atau menang karena mencurangi adalah hal berbeda. Memalukan,” kata Edi.

Salah satu juri pada partai Rusdianto dan Joshua adalah Ai Julaeha hakim asal Jawa Barat.

Wasit ini disinyalir juga menjalankan misi dalam kekalahan Rusdianto ini, karena jika Rusdianto menang, maka akan langsung berhadapan dengan petinju Jawa Barat, dan oleh karenanya dihindari.

Satu-satunya wasit yang memberikan nilai menang kepada petinju Sumut yang dipukul KO itu adalah Julaeha, hingga posisinya hasil pertandingan itu draw.

Satu wasit dari Maluku Utara, Nandi nasir memberikan nilai 29-27 untuk Lampung, tiga juri lainnya memberikan nilai seri 28-28 yakni Gunawan (NTB), Wenny (Sumatera Selatan) dan Ricardo Latuheru dari Sulawesi Selatan. Lalu Ai Julaeha memberikan nilai 27-29 untuk Sumut.

Melihat kenyataan ini Edi mengatakan bahwa pertandingan tinju seperti ini identic dengan jual beli.

“Saya tidak dalam rangka menuduh. Tetapi kalau caranya begini dalam menilai petinju, maka ke depan gak usah lagi ada pertandingan kalau hanya untuk berebut medali, tanpa mengutamakan sisi kemanusiaan dan spotivitas”

“Sebaiknya sudah tawar menawar saja siapa yang berani bayar besar untuk medali Emas,” perak dan Perunggu. Gak perlu ada pertandingan lah.” Katanya.

Dia menegaskan, bahwa biaya latihan mempersiapkan atlet ke PON itu sangat besar. Pengorbanan atlet sangat besar dengan mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan finansial.

“Terus sampai di PON hanya dipermainkan seperti ini. Kasihan kan. Kalau tidak diperbaiki mutu wasit dan mentalitasnya, lebih baik tinju langsung dengan tawar menawar aja. Berapa harga Emas, perak dan Perunggu,” tambahnya.

Rls/Red

Komentar