Ganjar Ingat soal Ini Saat Lihat Nisan 4 Bahasa di Makam Gus Dur

Nasional464 Dilihat

Jombang, (Metropolis.co.id) – Capres nomor urut 03 Ganjar Pranowo mengawali ziarahnya ke makam KH Hasyim Asy’ari dan KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di Ponpes Tebuireng, Jombang. Dalam momen ini, ia mengingat ajaran Gus Dur tentang toleransi yang tinggi dalam kontestasi politik.

Selama ziarah ke Makam Gus Dur, Ganjar didampingi Pengasuh Ponpes Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin dan Putri Gus Dur, Yenny Wahid. Kader PDIP ini menemukan nilai yang menarik dari batu nisan makam Gus Dur. Di nisan itu tertulis 4 bahasa.

“Setiap ziarah di Tebuireng ini kalau melihat makamnya Gus Dur ada yang menarik. Di batu nisannya ada Bahasa Arab, Inggris, China, dan Indonesia. Maka yang selalu kita ingat adalah semangat beliau menjaga pluralisme dan Bhineka Tunggal Ika,” terangnya kepada wartawan di lokasi, Jumat (12/1/2024).

Oleh sebab itu, lanjut Ganjar, para generasi penerus bangsa haruslah selalu mengingat ajaran Gus Dur. Yaitu toleransi yang tinggi, saling menghormati, dan menghargai. Termasuk di dalam kontestasi politik. Sebab, di atas politik masih ada kemanusiaan.

“Sehingga, kita generasi penerus selalu mengingat itu biar kita selalu punya toleransi yang tinggi, saling menghormati dan menghargai yang tidak pernah saya lupa kalau dalam kontestasi politik. Ingat lo ya! Di atas politik itu ada kemanusiaan. Itu Gus Dur yang selalu menyampaikan. Maka saya selalu belajar betul, ini memberikan semangat kepada kita semua untuk menjaga pluralisme yang ada,” jelasnya.

Mantan Gubernur Jateng ini mengaku tidak pernah mempunyai momen istimewa bersama Gus Dur. Bahkan, ia belum pernah mendapatkan kesempatan bersalaman dengan Presiden keempat RI itu. Ia sebatas ingat ketika Gus Dur berkunjung ke rumah Ketum PDIP Megawati Soekarno Putri di Kebagusan, Jakarta menjelang 27 Juli 1996.

“Tapi jelang 27 Juli yang saat ingat, di waktu tertentu sekitar jam 10 sampai 12 malam beliau datang ke rumah Bu Mega di Kebagusan. Gus Dur minta mi instan dua. Saat itu saya ngobrol di dapur sama Pak Taufiq Kiemas. Gus Dur berbincang dengan Bu Mega di ruang kaca depan di Kebagusan itu, mereka juga ketawa-ketiwi. Itu ngomong apa ya mereka? Sehingga obsesi saya yang dari dulu ingin salaman tak pernah tercapai. Hari ini ya salaman sama Bu Sinta dan Mbak Yenny,” ungkapnya.

Yenny Wahid menambahkan, hanya Ganjar capres yang pernah sowan kepada ibunya, Sinta Nuriyah. Menurut Yenny, Ganjar sudah sangat akrab dengan ibunya, tapi bukan karena urusan politik.

“Mas Ganjar satu-satunya kandidat yang sowan ke Bu Sinta. Jadi, sudah sangat akrab. Keakrabannya bukan karena politik, tapi memang karena ada kesamaan visi dan kegemaran, sama-sama suka mengayomi masyarakat kecil,” tandasnya.

detik

Komentar