Mahfud ke Gibran: Saya Hormati Sebagai Cawapres, Jadi Tak Akan Receh-receh

Politik258 Dilihat

Jakarta, (Metropolis.co.id) – Cawapres nomor urut 3 Mahfud Md menyindir cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka. Mahfud mengatakan tidak akan memberi pertanyaan jebakan dan receh lantaran menghormati sebagai cawapres 2024.

“Mas Gibran, saya menghormati Anda sebagai calon wakil Presiden sehingga saya tidak akan bicara secara menjebak dan receh-receh,” kata Mahfud mengawali pertanyaan ke Gibran dalam keempat Pilpres 2024 di JCC Senayan, Minggu (21/1/2024).

Mahfud kemudian mengungkit debat Pilpres 2019 di mana yang bertarung adalah Jokowi Vs Prabowo. Mahfud mengungkit pertanyaan Prabowo ke Jokowi soal impor komoditas pangan.

“Pada tanggal 17 Februari 2019 dalam sebuah debat calon presiden itu Pak Prabowo mengatakan bahwa Pak Jokowi itu menyampaikan tidak akan menigmpor komoditas-komoditas pangan jika nanti terpilih presiden, ternyata kata Pak Prabowo nih, 4 tahun memimpin Pak Jokowi masih mengimpor dan itu merugikan banyak petani. Nanti dicek bahwa itu pertanyaan Pak Prabowo ke Pak Jokowi saat itu,” lanjut Mahfud.

Mahfud mengatakan janji 5 tahun lalu, tapi pemerintah saat ini masih melakukan impor bahan pangan. Mahfud kemudian menanyakan solusi masalah 5 tahun ke Gibran.

“Pak Jokowi ndak akan mengimpor tapi sampai sekarang kita masih mengimpor banyak, masih mengimpor banyak, malah semakin banyak mafianya impor mengimpor bahan pangan, nah itulah sebabnya. Apa usul Anda untuk menyelesaikan masalah 5 tahun lalu ini?” kata Mahfud.

Gibran kemudian membalas Mahfud Md. Dia menilai Mahfud ngambek sehingga menyinggung soal receh.

“Sepertinya Prof Mahfud agak ngambek ya soalnya saya sudah 2 kali memberikan pertanyaan yang sulit, carbon capture, greenflation, selalu dikomenin pertanyaan receh, ya kalau receh ya dijawab pak, gitu lho, segampang itu,” jawab Gibran.

Gibran kemudian menyampaikan impor dilakukan pada 2019 hingga 2022. Dia mengatakan pemerintah sudah melakukan swasembada beras.

“2023 ada impor karena el nino dan ini terjadi di sebagian besar di belahan dunia Pak. Kuncinya sekarang adalah bagaimana kita bisa bekerja sama melakukan ekstensifikasi, intensifikasi lahan di tingkat desa sampai nasional secara efektif,” paparnya.

detik

Komentar