Bandar Lampung : Solo singer, Holaspica tampil memukau dan membuat takjub para penonton setelah berhasil menyatukan puisi dengan iringingan musik prosa melankolis menjadi lagu nan elok saat menjadi bintang Tamu di acara Panggung Sastra 2019 DKL, (15/06/2019).
Solois yang berasal dari Lampung dan sempat hijrah ke Yogyakarta ini, merangkum jatuh bangunnya berjuang di industri musik dan pergerakan sosialnya kedalam sebuah mini albumnya yang berjudul “Naik ke Laut”.
Dalam album ini, Holaspica menganalogikan kisahnya seperti perjalanan seseorang menuju laut lepas.Ia bahkan merasa bangga dapat membuat karya bersama seniman dan penyair di kampung halamanya yakni Lampung,
Bagi Holaspica hal ini tentu merupakan sebuah tantangan karena banyak lagu-lagunya yang menceritakan pengalaman pribadi dalam hal pemberdayaan masyarakat di Kampung Teluk harapan, Lampung, yang ternyata menyatu dengan Lokalisasi.
Ia yang awalnya tertarik dengan kehidupan nelayan menemukan sebuah kenyataan yang miris bahwa di sana banyak anak putus sekolah hasil lokalisasi yang tidak mengetahui siapa ayahnya, dirawat oleh para nelayan.
Dalam karya lagunya yang dituangkan ke dalam single pertama yakni ‘easy listening’ sebenarnya menyimpam banyak makna didalamnya, namun hal itu juga berhasil dibalutnya menjadi sebuah lirik yang ringan.
Untuk mengaransir lagu yang diciptakan khusus untuk Panggung Sastra 2019 ini, Hola tampil memukau dan berhasil menyatukan antara musik dan puisi, dalam single berdurasi lima menit ini pun terkesan “unik” karena lagu itu di ciptakan dari tiga puisi karya penyair Lampung.
Memadukan antara kata puitis menjadi nada lagu merupakan perpaduan skill yang yang harus singkron dan menyatu dalam satu energi dalam komposisi yang dipilih karena ia menginginkan agar pesan atau energi lagu tersebut dapat merasuk ke dalam sukma pendengarnya.
Pada penampilannya kali ini Holaspica membawakan lagu khusus yang diciptakan dari Antologi Puisi Negeri Penyair dari Komite Sastra Dewan Kesenian Lampung, diambil dari puisinya Alexander Robert Nainggolan, Elly Dharmawanti dan Husnul Khuluqi. Judulnya “Seorang Kawan yang Tersesat Di Penyeberangan Dinihari.
” Bagi saya sih untuk mengola puisi yang bergenre roman, dari tiga puisi itu ada nilai romantikanya, sedangkan kalau aku sendiri, Hola, musiiknya lebih ke perjalanan, kayak pergerakan, cuman kalau aku mendapat buku itu jadi kayak belajar lagi membuat lagu bernotasi cinta,”Demikian Holaspica.
Red/Rls
Komentar