COP Rilis 3 Kasus Pembunuhan Orang Hutan di indonesia Sepanjang 2018

Nuansa374 Dilihat
(Foto: Irsan Mulyadi)

Jakarta : Hari orangutan sedunia dirayakan setiap tahunnya pada tanggal 19 Agustus, atau dua hari setelah hari ulang tahun Republik Indonesia. Orangutan (pongo) adalah salah satu dari empat jenis kera besar yang hanya hidup di dua pulau di dunia, Kalimatan dan Sumatera.

Tidak berlebihan jika ratusan organisasi itu fokus terhadap keberlangsungan hidup orangutan, karena kenyataannya hidup mereka terancam oleh beragam faktor yang disebabkan oleh manusia.

Manager Perlindungan Habitat Center for Orangutan Protection (COP), Ramdhani, menuturkan fakta tentang keberlangsungan hidup orang utan di tahun 2018. Setidaknya ada tiga kasus pembunuhan orangutan yang terjadi sepanjang tahun ini.

Pada pertengahan Januari 2018 ditemukan bangkai orangutan tanpa kepala mengapung di Sungai Barito, Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah. Hasil otopsi menemukan setidaknya ada 17 peluru senapan angin, dan kepala orangutan sengaja dipenggal.

Kemudian pada tanggal 6 Februari seekor orangutan dibunuh dengan senapan angin, hasil otopsi setidaknya menemukan 130 peluru senapan angin. Ironisnya TKP berada di dalam salah satu Taman Nasional di Kalimantan Timur

Kasus terakhir ialah kasus penemuan mayat orangutan di kanal perkebunan kelapa sawit di Seruyan, Provinsi Kalimantan Tengah pada tanggal 1 Juli 2018. Saat ditemukan, kondisi jenazahnya sudah sangat buruk. Namun hasil otopsi menemukan tujuh buah peluru senapan angin, dan luka-luka pada bagian telapak tangan atau kaki.

Pada tahun 2017, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK) merilis data populasi orangutan. Sekitar 71 ribu ekor orangutan berada di dalam habitat seluas 181 ribu kilometer persegi di kawasan pulau Kalimantan dan Sumatera.

“Kalau secara status, yang satu langkah lagi (orangutan) punah itu Sumatera. Kalimantan masih dua langkah lagi. Kondisi ini jelas mengkhawatirkan,” ujar, Senin (20/08/2018).

Sebagai ‘kampung halaman’ orangutan, ternyata Indonesia juga luput untuk melakukan penelitian untuk kesinambungan hidup orangutan. Justru Malaysia menjadi negara yang paling rajin melakukan penelitian terhadap orangutan.

(Foto: Irsan Mulyadi)

Pria yang akrab disapa Dhani ini mengakui Pemerintah Malaysia sudah sadar akan manfaat penelitian dan upaya pengarsipannya tergolong baik.

Terkait peran orangutan di alam liar, khususnya di rimba Sumatera dan Kalimantan, Dhani mengatakan bahwa banyak manfaat yang didapat berkat keberadaan orangutan di alam liar.

“Orangutan itu daya jelajahnya cukup tinggu, sekitar 10 sampai 20 kilometer setiap harinya. Jadi ia bisa sarapan dan makan siang di tempat yang berbeda. Biasanya ketika ia buang air besar, maka tanaman baru akan tumbuh. Ada beberapa jenis tanaman yang hanya bisa tumbuh lewat pencernaan oranutan,” ujar Dhani.

“Selain itu orangutan itu biasanya dua kali membuat sarang. Ini membuat kerimbunan hutan di Kalimantan agak berkurang dan tumbuhan-tumbuhan kecil bisa mendapatkan sinar matahari, sehingga regenerasi tanamannya bisa berlangsung baik.”

Terakhir Dhani mengingatkan kalau berfoto bersama orangutan di beberapa tempat wisata, bukanlah perilaku alami orang utan. Sebab pada dasarnya hewan itu bersifat pemalu.

Penulis : Yus Sutan Rais
Sumber : CNN/COP

Komentar