Menelisik Geliat Industri Hand Made Batik Tulis Lampung

Nuansa268 Dilihat

Bandar Lampung : Suasana teduh dan sejuk iringi laju beberapa orang pencari berita yang tengah menyisiri liku jalan perbukitan hijau, sesekali suara burung yang saling bersahutan pun menyerukan suara kedamaian yang terdengar merdu dibalik derunya suara knalpot motor bebek tua pabrikan jepang di suatu sore lalu.

Lima belas menit perjalanan menyusuri bebukitan hijau itu, seketika laju kendaraan terhenti ketika melihat sebuah rumah di sisi kiri jalan, bangunan sederhana dengan bata merah dan pagar bambu itu seakan menggoda mata dan menyimpan subuah cerita, sontak saja 3 pria pewarta pencari berita itu sepakat untuk menepikan ketiga kedaraanya.

Usai menepi. Entah mengapa mata kami tertuju pada sebuah plang kecil ‘Deandra Batik’ dengan tagline Edukatif Shopping Karya Kreatif, dimana dalam plang kecil lusuh itu juga terbaca beberapa baris tulisan menerima pesanan batik khas Lampung. Layaknya sebuah pertemuan kami mengucap salam, lalu disambut hangat oleh dua orang lelaki yang tengah asik berbincang saat itu.

Disebuah senja itu pula, penulis berkesempatan untuk langsung mengenal sosok owner Home industri Hand Made Batik Tulis Khas Lampung bernama Andri, dengan ditemani seorang bapak Rujioni PNS dinas perindustrian yang telah lebih dulu hadir, sehingga tak perlu menyita waktu lama untuk beramah-tamah percakapan pun berlangsung.

Sambil bercerita, dari sedikit kejauhan mata penulis yang sudah mengalami minus 0,75 pun tertuju dan terkesan pada sebuah kegiatan seorang wanita berhijab menggunakan rok panjang berbalut batik kopi Lampung disisi kiri bangunan, Ia tanpak begitu lincah dan gemulai memainkan canting saat menorehkan warna di sebuah kain putih berpola batik.

Perlahan penulis bersama Andri dan pak Rujioni menghampiri pembatik cantik tadi, dengan luwes Andri membeberkan bagaimana proses pembatikan dimulai, bagaimana menuangkan lilin dari sebuah canting pada pola gambar dan bagaimana lekuk serta kerumitan masing-masing motif oleh pembatik hingga finish saat pewarnaan harus diselesaikan.

Disela-sela penjelasanya, Andri juga sempat mengatakan jika didalam kegiatanya Deandra batik memiliki 9 orang pembatik dan 3 orang pewarna, kemudian setiap pembatik dihargai dengan upah Rp.50 ribu untuk selembar mahakarya, angka yang terbilang relatif memang.Tapi baginya itu adalah harga terbaik bagi seorang pembatik untuk selembar kain berukuran panjang 210cm dan lebar 115cm.

“Jasa bagi para pembatik dengan harga tersebut sudah sangat lumayan bang, karena pada umumnya tak banyak yang menerapkan standar harga itu, mereka (pembatik) yang ada ini memiliki jiwa seni yang sangat luar biasa, mampu menyelesaikan tiap motif yang saya berikan dengan baik dan rapi,”katanya.

Peran Dinas Melalui Pelatihan dan Pemasaran Sangat Membantu IKM

Sesekali ditengah jeda obrolan dengan Andri juga diisi oleh pak Rujioni, Ia menyebut karya Andi sudah banyak diminati pembeli dari luar Lampung, karena selain bagus motif yang ditawarkan juga beragan, bahkan ditiap urusan kedinasanya, ia selalu membawa hasil karya IKM Lampung karya Andri yang selalu ludes diserbu peminat dan pembeli.

“Kami dari penyuluh dinas Perindustrian Provinsi Lampung selalu memacu semangat pengembangan IKM ini, selain pembinaan kami juga bantu pengenalan pemasaran, bahkan kita sudah bawa sampai ke lombok dan jakarta hingga kementrian, konsumen bilang bagus dan banyak diantaranya yang juga telah memesan dan bermitra,”Kata Penyuluh Dinas Perindustran itu.

Semakin sore makin seru perbincangan, Andi pun kemudian membawa penulis memasuki sisi dalam rumah bata itu, disana Andri juga bercerita bagaimana ia memulai usaha batik sejak dua tahun yang lalu.Ia juga mengaku nekat membuka usaha mandiri itu dengan bekal pelatihan yang didapat sebelumnya dari Dinas Prindustrian Provinsi Lampung.

“Saya memulai usaha ini berbekal ilmu dari pelatihan, setelah merasa mampu saya nekat buka sendiri, dengan duit seadanya saya belanja ke Jogya dan Solo mencari bahan seperti kain, pewarna, obat dan peralatan lain, lalu memulai usaha dengan dua orang personil yakni saya dan Neti,”Ujarnya.

Setelah memulai proses pembuatan, akhirnya Andri dan Neti secara perdana mampu menyesesaikan 20 Pcs kain Batik, saat itu mereka kembali terpikir soal pemasaran, Merasa tak ingin putus mereka kembali mendatangi beberapa dinas mitra yakni, Perindustrian dan Koperasi untuk menawarkan karya mereka.Tak pelak karya itupun diterima bahkan direkomendasikan kebeberapa dinas dan Bank Indonsia.

“Produk kami diterima bahkan dapat rekom ke Bank Indonesia kita diberi pelatihan coaching selama 8 bulan oleh pak budi isman mantan dirut danone dan beberapa coaching lokal,”Terangnya sambil menawari kami mencicipi suguhan berupa hidangan secangkir teh hangat dan beberapa kueh kecil.

Tak lama berselang, rekomendasi itu juga menyebar ke beberapa dinas lain, Hingga pada titik itu pula produk Deandra Batik banyak dipakai oleh Kabupaten kota di Lampung sebagai seragan berbagai dinas, batik mereka juga sampai dikenakan oleh Muli Menkhanai 2017, Lipi, termasuk DPRD pringsewu yang saat ini masih proses lobi.

Pola Batik Tulis Murni Karya Hand Made

Percakapan semakin dalam, Andri semakin bersemangat, sambil menikmati potong demi potong kue kecil Andri juga menunjukan bagaimana pembuatan pola Hand made miliknya menjadi ratusan koleksi batik yang dipajang didinding ruang kurang lebih berukuran 4×6 itu. Hingga tak lama kemudian Pak Rujioni berpamitan lebih awal meninggalkan lokasi.

“Nah ini mas cara saya membuat pola, murni Hand made itu yang kita pertahankan, ini juga menjadi pembeda kita dengan yang lain, motif demi motif saya aplikasikan secara manual kelembaran kain,”Katanya lagi sambil menunjukan beberapa potong pola yang masih dalam tahap pengerjaan tanganya sendiri.

Ubah Mindset Batik Lampung Kuno

Tak hanya sebagai pelaku bisnis, Andri juga ternyata merupakan seorang konseptor hand Made Batik Tulis Lampung, itu terlihat dari seluruh koleksinya yang mengusung tema alam berjejer menghiasi dinding pajangan hasil kreatifitasnya, yang mengusung tema alam dengan berbagai latar pemikiran dan filosofi.

“Tema yang saya usung banyak dari hasil bumi, komoditi masyarakat Lampung, simbol daerah, kemudian dipadukan dengan konsep modern jadi kita selalu berinovasi tanpa harus takut ditiru oleh pembatik lain,”Cetusnya.

Menurutnya, selama ini pembatik lampung terpaku hanya dengan model yang itu-itu saja, contohnya tidak jauh dari logo siger dan gajah, padahal ide lain masih banyak yang belum terekspose sebagai icon Lampung yang dapat dibanggakan di kancah Nasional.

“Saya pernah sharing dengan komisi X DPR-RI ibu Dwita Ria Gunadi karna saat itu saya menjadi narasumber, beliau bilang kalau motif yang ada selama ini begitu kaku perlu ditambah dengan sentuhan modern, artinya apa ? kita kurang berani bereksperimen padahal banyak yang layak kita promosikan dari Lampung,”Sebutnya.

Ada beberapa batik Premium koleksi Andri saat ini diantaranya, motif Bukit Barisan dengan filosofi terbentang luas di Pesisir Barat, Lampung barat, Taman Nasional sebagai sumber pencarian dan burung murai sebagai hewan endemik. Motif Kopi dengan filosofi sebagai komoditas utama. motif Tanah Lado dengan filosofi Lampung kaya dengan hasil buminya. Motif Aksara. Motif Kayu Aro dengan filosofi dalam pepadun begawi adat sebagai lambang kehidupan.

“Diluar itu masih banyak lagi yah motif yang kami angkat dari komoditi, alam maupun lainya, semua tenar kita gak takut dibajak atau ditiru karena orang tau siapa penciptanya, kami juga yakin makin banyak ditiru berarti produk itu akan semakin dikenal,”Urainya.

Jadi Referensi dan Go Nasional serta Internasional

Kini, Hand Made Batik Tulis Deandra Batik sudah banyak masuk stand maupun pameran berskala nasional, mereka juga konsisten dengan Tema maupun ke khasan batik Tulisnya, mengenai harga mereka juga tidak mematok harga mahal, selain produk premium mereka juga punya produk yang dimulai dari harga Rp.300 ribu hingga Rp. 600 ribu perlembar kainya.

“Kami berharap batik tulis Lampung bisa menjamah nasional dan go internasional dengan didukung oleh peran aktif pemerintah. selain jadi pusat edukasi kita juga berharap bisa menjadi Referensi fashion batik tulis di Lampung,”Tutupnya.

Pesan Agar Lampung Fair di Evaluasi

Hingga percakapan soal batik berakhir, Andri malanjutkan perbincangan tentang sedikit harapan dan evaluasinya kepada pemerintah da EO penyelenggara dalam event Lampung Fair yang melibatkan para pelaku UMKM dan IKM berjalan maksimal tanpa dirusak dan dimanfaatkan oleh yang orientasinya hanya meraup untung tanpa memperhatikan sisi lain.

“Terimaksih pemerintah telah menyediakan pasar untuk kami, tapi kalau boleh saran kami sangat kecewa dengan Lampung Fair, banyak keluhan anggota kami, udah bayar tempat masuk masih bayar, angkut barang jauh, stand juga gak ada tanggungjawab, posisi tak teratur, banyaklah, kami juga IKM gak berdaya diatur begitu padahal semua isi LF itu isinya UMKM dan IKM lah kalau seandainya itu gak diisi oleh kami gimana mau jadi apa coba,”Tuntasnya.

Penulis : Putra Vilia

Komentar