Payakumbuh Gelar Tradisi Maanta Pabukoan, Wawako: Jaga Warisan Leluhur

Sumatera Barat756 Dilihat

Payakumbuh — Tradisi turun-temurun masyarakat Minangkabau kembali diangkat melalui program Satu Nagari Satu Event di Kota Payakumbuh.

Kali ini, giliran Nagari Tiakar di Kecamatan Payakumbuh Timur yang menjadi tuan rumah kegiatan dengan tema “Tradisi Maanta Pabukoan”, Minggu (05/10/2025).

Tradisi Maanta Pabukoan merupakan kebiasaan masyarakat yang dilakukan setiap pertengahan bulan Ramadhan.

Dalam tradisi ini, keluarga menantu perempuan datang ke rumah mertua untuk mengantarkan makanan berbuka puasa sebagai bentuk penghormatan.

Rombongan biasanya datang mengenakan pakaian adat khas Minangkabau, baju kuruang dan tikuluak kompong, sambil membawa dulang berisi aneka hidangan seperti nasi, sampodeh dagiang, semur ayam, pangek masin ikan kalai, sambal goreng, hingga kue tradisional seperti serabi, bubua cande, dan onde-onde.

Setibanya di rumah mertua, makanan tersebut disantap bersama keluarga besar, niniak mamak, bako, dan tetangga sekitar, untuk mempererat hubungan kekeluargaan.

Wakil Wali Kota Payakumbuh Elzadaswarman dalam kesempatan itu memberikan apresiasi terhadap upaya masyarakat Nagari Tiakar dalam melestarikan tradisi lokal.

“Tradisi seperti ini adalah bagian dari jati diri masyarakat Minangkabau. Melestarikannya berarti menjaga nilai-nilai yang diwariskan para leluhur,” kata Wawako Elzadaswarman.

Ia menegaskan, pelestarian adat dan budaya perlu dilakukan bersama, berlandaskan falsafah Minangkabau Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah; Adat Salingka Nagari, Syara’ Mangato Adat Mamakai, Alam Takambang Jadi Guru.

Wawako menyebut, Pemko Payakumbuh terus memperkuat dukungan terhadap lembaga adat seperti Kerapatan Adat Nagari (KAN) dan Bundo Kanduang.

Salah satu bentuk dukungannya adalah penyelenggaraan program Satu Nagari Satu Event di setiap nagari yang ada di Kota Payakumbuh.

“Program ini bukan hanya menjaga adat dan budaya, tapi juga memperkuat identitas nagari, menumbuhkan kecintaan generasi muda pada tradisi Minangkabau, serta menjadikan nagari sebagai destinasi wisata budaya,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Elzadaswarman juga menekankan pentingnya keterlibatan generasi muda dalam setiap kegiatan kebudayaan.

Ia menyebut peran Rang Mudo dan Puti Bungsu menjadi kunci dalam menjaga kesinambungan tradisi di tengah modernisasi.

“Pelestarian adat akan berkelanjutan jika generasi muda memahami dan mencintai akar budayanya. Di sinilah peran niniak mamak dan bundo kanduang untuk terus membimbing mereka,” ujarnya.

Kegiatan Satu Nagari Satu Event di Nagari Tiakar juga dihadiri Kadis Parpora Yunida Fatwa, Camat Payakumbuh Timur Hepi, Lurah Tiakar Benni, serta Ketua LKAAM Kota Payakumbuh YB. Dt Parmato Alam.

Selain itu, perwakilan KAN dari 10 nagari, jajaran Bundo Kanduang, serta Rang Mudo dan Puti Bungsu Nagari Tiakar turut hadir memeriahkan rangkaian acara tersebut.

Kehadiran mereka mencerminkan kuatnya dukungan seluruh unsur masyarakat terhadap pelestarian budaya Minangkabau.

Tradisi Maanta Pabukoan tidak hanya menjadi penghormatan dalam keluarga, tetapi juga bagian dari warisan budaya yang kini mulai dikembangkan menjadi potensi wisata berbasis tradisi.

“Menjaga warisan budaya bukan sekadar mengenang masa lalu, melainkan langkah membangun masa depan yang lebih berakar dan berkarakter,” pungkasnya. (MC/Zl)

Komentar